Kereta Cepat Jakarta-Bandung sempat digadang-gadang selesai dalam waktu 3 tahun. Artinya, seharusnya proyek ini sudah selesai pada tahun 2019.
Berselang dua tahun, mega proyek bernilai puluhan triliun rupiah ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sejak dilakukan groundbreaking, pekerjaan proyek masih terkendala masalah pembebasan lahan yang tak kunjung rampung
Memasuki tahun 2020, tepatnya di bulan September, progres pengerjaan kereta cepat baru mencapai 60%. KCJB yang awalnya ditargetkan operasi tahun 2019 pun mundur jadi Desember 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"60% memang kalau progress besar, tapi tantangan masih banyak. Targetnya 2020 insyaallah selesai," jelas Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) saat itu, Chandra Dwiputra, Rabu (30/9/2022).
Proyek KCJB menghadapi masalah lain, yaitu kekurangan dana. Bahkan Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo menyatakan proyek ini bisa kembali molor penyelesaiannya pada 2023.
"Karena cash flow dari KCIC itu akan bertahan mungkin sampai September, sehingga kalau ini belum turun maka cost overrun ini yang harapannya selesai Juni 2023 ini akan terancam mundur," papar Didiek dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI, Rabu (6/7/2022) kemarin.
Molornya proyek ini membuat biaya menjadi bengkak. Dalam catatan detikcom, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung awalnya diestimasi hanya memakan biaya US$ 5,5 miliar, kemudian membengkak jadi US$ 5,8 miliar dan meningkat lagi jadi US$ 6,07 miliar.
Saat ini proyek Kereta Cepat kembali berpotensi bengkak. Diperkirakan ada pembengkakan biaya lagi mencapai US$ 1,176-1,9 miliar menjadi maksimal US$ 7,97 miliar.
Namun, pemerintah tetap optimis KCJB akan beroperasi pertengahan tahun 2023. Bahkan Presiden China Xi Jinping dikabarkan akan menjajal proyek ini bersama Jokowi pada November mendatang.
Di bulan Oktober 2022, rel KCJB yang terpasang sudah 17 kilometer. Pemasangan akan dilakukan bertahap seiring dengan target operasi resmi pada 2023.
(das/das)