Pembangunan Tol Trans Sumatera menjadi salah satu proyek unggulan yang dibesut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi pernah menargetkan Tol Trans Sumatera terhubung dari Lampung sampai Aceh pada 2024, tepat saat masa jabatannya habis.
Namun kini, mendekati 2024 target tersebut meleset. Kementerian BUMN dan Kementerian PUPR sepakat pembangunan Tol Trans Sumatera cuma tersambung sampai Jambi pada 2024.
"Kita sepakati di PUPR, bahwa target di pemerintahan ini (sampai 2024) kita selesaikan di Jambi. Terakhir dari Betung ke Jambi," papar Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR yang dilakukan pada Senin (5/12/2022) lalu.
Belakangan diketahui juga saat ini Tol Trans Sumatera telah dibuat menjadi empat tahapan pengerjaannya. Nah target sampai 2024 tol Trans Sumatera akan selesai dikerjakan sampai tahap 2. Rencana itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 131 Tahun 2022. Beleid ini menetapkan perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.
Lalu sebetulnya apa saja biang kerok yang membuat proyek tol Trans Sumatera meleset dari target?
1. Rumitnya Pembebasan Lahan
Menurut Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang hal pertama yang menjadi hambatan penyelesaian jalan tol Trans Sumatera adalah sulitnya pembebasan lahan.
Pasalnya, di Sumatera masih banyak sekali tanah adat. Pembebasan lahan tidak dilakukan dengan seperti biasanya. Deddy bilang banyak hal yang harus diselesaikan secara adat istiadat untuk pembebasan lahan.
"Pengerjaan tol di Pulau Sumatera terhambat oleh pembebasan lahan. Ternyata pembebasan lahan di Sumatera tidak hanya dapat diselesaikan di Kementerian ATR/BPN, namun harus diselesaikan secara adat-istiadat lokal setempat," ungkap Deddy kepada detikcom, Rabu (14/12/2022).
2. Kurang Pendanaan
Deddy juga menilai butuh dana besar untuk menyelesaikan proyek Tol Trans Sumatera. Selama ini, menurutnya banyak sekali investor yang menarik diri karena rumitnya penyelesaian pembebasan lahan di Tol Trans Sumatera.
"Pembebasan lahan yang rumit menyebabkan investor jalan tol banyak kurang tertarik dan malah ada yang menarik diri karena rumitnya penyelesaian pembebasan lahan jalan tol di Sumatera," papar Deddy.
Di sisi lain, menurut Deddy bagi BUMN yang mendapatkan penugasan menggarap jaringan tol Trans Sumatera memang butuh dukungan modal dari pemerintah. Namun, penyertaan modal negara alias PMN yang diharapkan sangat terbatas dan rumit proses pencairannya.
"Penyertaaan modal pemerintah kepada operator jalan tol terbatas, sehingga cashflow operator jalan tol terganggu, sehingga badan usaha jalan tol tidak dapat melanjutkan pembangunan jalan tol sampai target 2024," ungkap Deddy.
3. Imbas COVID-19
Sementara itu, sebelumnya Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan target Tol Trans Sumatera yang meleset dikarenakan imbas pandemi COVID-19 yang membuat semua pekerjaan BUMN terhambat. Menurut Arya, hal ini memiliki dampak yang sangat besar, baik terhadap keuangan BUMN dan juga proses konstruksi.
"Ya memang. Cuma kan kita kembali kemarin terhambat pas saat Corona. Dua tahun itu kita Corona, imbasnya besar juga itu. Itu jadi banyak yang terhambat, banyak juga yang agak mundur," ungkap Arya kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2022) yang lalu.
"Wajar aja itu mundur plan pak Jokowi karena Corona itu. Ini orang suka lupa dengan kondisi Corona itu. Parah kondisinya gitu," lanjutnya.
Cuma yang jelas, Arya bilang pemerintah masih akan menyuntikkan dana ke PT Hutama Karya sebagai dukungan untuk menyelesaikan proyek Tol Trans Sumatera. Arya menjelaskan pihaknya akan menyesuaikan dana yang ada untuk penyelesaian proyek.
"Yang pasti kita tahun depan itu dapat lagi PMN untuk bangun Trans Sumatera. Kita sesuaikan dengan dana yang ada pembangunannya," pungkas Arya.
Simak juga Video: Hutama Karya Kembangkan Kompos dari Maggot di JTTS
(ara/ara)