Kondisi Jalan Layang Non Tol (JLNT) tampak memprihatinkan hingga sempat dihuni gelandangan. Hal ini terjadi lantaran proyek pembangunan jalur tersebut sudah akibat dibiarkan terbengkalai selama bertahun-tahun.
JLNT ini mulai dibangun pada 2015 lalu saat DKI Jakarta masih dipimpin oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Jalur tersebut dibangun di sepanjang kawasan Pluit Barat dengan bentangan dari Pluit Utara menuju Pluit Selatan, Jakarta Utara.
Saat itu, Ahok sempat mengklaim pembangunan JLNT ini menggunakan anggaran dari CSR milik salah satu perusahaan pengembang swasta, yakni PT Agung Podomoro Grup.
Melansir dari beritajakarta, saat itu Ahok juga menjelaskan pada awalnya pembangunan jalur tersebut rencananya ingin dibangun di bawah alias setara dengan jalur di sebelahnya, Jalan Pluit Barat Raya.
Namun dengan pertimbangan mengurangi kemacetan saat pembangunan, konsep jalan layang akhirnya yang disetujui. Walaupun hal ini membuat perhitungan pembiayaan pembangunan mengalami kenaikan 4 kali lipat dari nilai awal yang disepakati.
"Jadi untuk pengawasan pengerjaan jalan layang harus sesuai standar Pemprov DKI. Dan sudah harus kelar 2016," kata Ahok pada 2015 lalu.
Seiring berjalannya waktu, selama masa pembangunan JLNT ini sempat menuai pro dan kontra warga sekitar. Warga yang pro, melihat JLNT banyak manfaatnya. Sedangkan mereka yang kontra beralasan, proyek itu mengganggu kenyamanan hingga menyebabkan berbagai masalah.
Bahkan saat itu pembangunan proyek ini sempat membuat jalur di sekitar JLNT Pluit tergenang air setinggi 5-10 cm. Hal ini dikarenakan dalam proses pembangunannya, JLNT sempat membuat pipa air milik PT Palyja retak hingga dua meter.
Namun setelah semua itu, alih-alih proyek JLNT ini terselesaikan, kondisi jalur itu malah nampak memprihatinkan akibat dibiarkan tidak terurus.
Lihat juga Video 'Ini Alasan Kenapa Cuma Road Bike yang Boleh Lintasi JLNT Kp Melayu':
(fdl/fdl)