Jakarta -
Longspan atau bentangan beton melengkung di jalur LRT Jabodebek disebut salah desain. Hal ini diungkapkan pertama kali oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo hingga menjadi sorotan publik.
Terkait ini, dua Menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Menteri BUMN Erick Thohir memberikan tanggapan. Apa kata mereka?
1. Basuki Sebut LRT Wajar Melambat jadi 20 Km di Tikungan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono buka suara soal jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek di Gatot Subroto-Kuningan yang disebut salah desain. Basuki menilai konstruksi jembatan lengkung tersebut sudah baik.
Menteri BUMN dan Menteri PUPR di Gelora Bung Karno Foto: Ilyas Fadilah |
Menurutnya, sangat wajar jika LRT Jabodebek bergerak dengan kecepatan 20 km per jam di tikungan. Ia menyebut semua kerta pasti melambat saat melintas di jalur yang menikung.
"Tapi bukan karena salah desain, hati-hati itu. Karena itu memang misalnya kalau di kota berapa kecepatannya, 30-40 km per jam. Kalau di tikungan 20 km per jam ya wajar," katanya di Indonesia Arena di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, dikutip Selasa (8/8/2023).
"Mau kecepatan berapa lagi? Wong di lurus aja 30-40 km per jam. Jadi kalau di tikungan, semua kereta api pasti melambat," lanjutnya.
Basuki menyebut Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) telah melakukan pengujian terhadap proyek ini. Menurutnya jika longspan tidak dibangun seperti sekarang, maka bangunan gedung di sekitarnya akan terkena dampak.
"KKJTJ sudah melakukan uji waktu itu. Jadi semua oke. Karena ini bayangkan dari Warung Buncit ke Rasuna Said, itu kan 90 derajat. Kalau mau dilengkungkan panjang, hotel-hotel habis semua. Tapi kan ini masuk dalam koridor keselamatan transportasi," bebernya.
Simak Video: LRT Jabodebek: Ditunda Uji Coba, Salah Desain
[Gambas:Video 20detik]
2. Erick Sebut LRT Jabodebek Bukan MotoGP
Menteri BUMN Erick Thohir menanggapi longspan atau bentangan beton melengkung di jalur LRT Jabodebek disebut salah desain. Menurutnya, kalaupun ada kesalahan desain maka, perbaikannya sudah selesai dilakukan.
Menteri BUMN dan Menteri PUPR di Gelora Bung Karno Foto: Ilyas Fadilah |
Terkait kereta yang hanya melaju 20 km per jam di tikungan tersebut, menurutnya itu adalah hal wajar. Pasalnya tidak mungkin kereta melaju dengan kecepatan 80 km per jam karena berbeda dengan MotoGP.
"Dan awalnya memang diperbaiki, tapi sudah. Sudah selesai. Tidak juga kecepatannya 80 km, pas belokan 80 km. Bukan MotoGP. Kalau MotoGP kita belok cepat, penumpangnya miring semua, kan itu nggak mungkin," jelasnya di Indonesia Arena di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (7/8/2023).
Adapun saat ini sedang dilakukan sinkronisasi berhentinya LRT dengan pintu masuk-keluarnya penumpang. Proses ini dilakukan oleh Siemens yang mengembangkan persinyalan LRT Jabodebek.
"Yang sedang disinkronisasi berhentinya kereta dan pintu gerbangnya. Itu yang dilakukan oleh Siemens. Keretanya INKA tapi softwarenya Siemens," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia tergolong baru memiliki moda transportasi LRT, MRT hingga kereta cepat. Dalam hal ini tentu ada proses belajar, namun tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan penumpang.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, ketika menangani proyek ini, ia membuat project management office (PMO) untuk memastikan integrasinya tercipta. Ia pun kemudian mengungkap 'borok' proyek ini, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.
"Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," kata Tiko.
"Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget," tambahnya.