Kabar kurang mengenakkan datang terkait proyek Bukit Algoritma di Cikidang, Sukabumi yang dirumorkan mangkrak. Padahal proyek ini digadang-gadang akan menjadi 'Silicon Valley'-nya Indonesia seperti di Amerika Serikat (AS).
Rumor mangkrak itu langsung dibantah Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO selaku pemilik proyek, Budiman Sudjatmiko. Ia menegaskan proses pembangunan Bukit Algoritma masih berlangsung hingga sekarang.
"Enggak (mangkrak), masih jalan, itu kan (proyek Bukit Algoritma) masih jalan cuma memang tidak cepat. Proyek panjang 10 tahun dan ini proyek saya kan tidak ada hubungan dengan APBN," kata Budiman kepada detikcom, Senin (28/8/2023) silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budiman menjelaskan saat ini pembangunan proyek Bukit Algoritma masih dalam tahap pertama, di mana pihaknya masih fokus dalam merenovasi gedung-gedung terbengkalai yang memang sudah ada di kawasan tersebut.
"Baru tahap pertama, ini kan baru renovasi gedung-gedung yang ada saja, belum bikin gedung yang baru. Kan itu sudah ada gedung di sana, jadi lebih banyak merenovasi gedung-gedung yang memang sudah lama terbengkalai," jelas Budiman.
Untuk progres pembangunan sendiri diakui baru mencapai 10-15%. Ia tidak mengelak jika proses pembangunan Bukit Algoritma tahap satu ini bisa saja molor, dari yang sebelumnya ditargetkan selesai 2024 mendatang jadi 2025.
"Untuk tahap pertama, masih 10-15% lah. Karena masih renovasi, belum ada pembangunan gedung baru. Mungkin akan kita evaluasi terbangunnya bisa 2025 gitu yah," ungkap Budiman.
"Karena kita masih menunggu investor-investor baru juga kan, investor yang lama kan tidak mencukupi untuk bikin (gedung) yang baru, jadi lebih fokusnya kepada yang renovasi," tambahnya.
Seret Investasi
Budiman mengaku proyek Bukit Algoritma masih seret investasi. Sejak groundbreaking pada 2021 lalu, proyek pembangunan ini baru mendapat investasi kurang dari Rp 1 triliun.
"Investasi yang sudah masuk masih kurang dari satu (Rp 1 triliun), memang agak-agak terlambat dia (masuk investasinya)," bebernya.
Padahal, secara keseluruhan proyek ini ditaksir menelan investasi mencapai Rp 18 triliun. Menurut Budiman, kondisi ini dapat terjadi lantaran terlambatnya pengoperasian Seksi II Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Dijelaskan bahwa lokasi Bukit Algoritma yang berdekatan dengan ruas tol Bocimi menjadi salah satu nilai jual proyek terhadap para investor. Dikarenakan keterlambatan pengoperasian, para investor sempat ragu untuk menanamkan dananya.
"Kemarin kan agak terlambat juga (masuk investasinya) gini, ruas kedua jalan tol itu memang agak terlambat kemarin Bocimi. Baru dibuka bulan lalu, jadi itu juga ikut berpengaruh pada selesai speed investasi di (pembangunan) fisiknya," jelasnya.
(aid/das)