Jokowi Beberkan Alasan Pindah Ibu Kota: Beban Jakarta Terlalu Berat

Jokowi Beberkan Alasan Pindah Ibu Kota: Beban Jakarta Terlalu Berat

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 21 Sep 2023 17:15 WIB
Titik nol IKN
Foto: DetikHealth/Khadijah Nur Azizah
Jakarta -

Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan wilayah Jabodetabek, sudah dihuni oleh terlalu banyak manusia. Jumlahnya disebut mencapai nyaris 30 juta jiwa. Tingginya angka populasi penduduk pun berbanding lurus dengan banyaknya persoalan.

Dalam sambutannya saat melakukan groundbreaking Hotel Nusantara pada Kamis (21/9/2023) di IKN Nusantara, Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Presiden Jokowi awalnya menyebut bahwa sebanyak 56% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa.

Jumlahnya mencapai sekitar 149 juta. Dari sejumlah itu, mayoritas penduduk memadati kawasan Jabodetabek khususnya Jakarta. Padahal, ucap Presiden Jokowi, Indonesia mempunyai 17 ribu pulau. Tingginya kepadatan di kawasan tersebut pun menyebabkan berbagai masalah muncul. Mulai dari banjir, kemacetan, sampai yang terbaru, polusi udara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bayangkan kalau diteruskan Jakarta sekarang ini. Jangan cuma Jakarta yang Cuma punya 10 juta penduduk tapi Jabodetabek. Sudah berapa juta? Mungkin sekarang sudah hampir 30 juta. Artinya bebannya sangat berat sekali. Sehingga yang terjadi adalah persoalan-persoalan yang terus bermunculan dan sangat sulit diselesaikan," kata Jokowi.

Oleh sebab itu, setelah melakukan kajian mendalam, ia menjelaskan pemerintah memutuskan untuk merelokasi ibu kota ke Kalimantan Timur. Selain mengurangi beban Jabodetabek, pemindahan dilakukan dengan pertimbangan mendorong pemerataan ekonomi kawasan.

ADVERTISEMENT

Sebab, berdasarkan catatan presiden, sebanyak 58% dari Produk Domestik Bruto/PDB nasional berputar di Pulau Jawa. Hal ini pula yang menyebabkan Pulau Jawa, khususnya Jakarta, menjadi magnet bagi masyarakat di pulau-pulau lain di Indonesia.

"(Populasi maupun jumlah PDB) Sisanya (di daerah lain) sangat sedikit. (Jadi) Dari yang dulunya Jawa sentris (sekarang) kita tarik menjadi Indonesia sentris sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang kita miliki," ujar dia.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads