Pada Jumat (6/10/2023), Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Bambang Susantono memenuhi undangan Thales untuk mengunjungi kantornya di Paris, Prancis. Thales menambah daftar panjang perusahaan teknologi bergengsi dunia yang ingin ambil bagian dalam pembangunan IKN.
Setelah disambut oleh Marc Darmon selaku Thales Executive President for Secured Communications and Information Systems, Bambang dan rombongan termasuk detikFinance mendengarkan pemaparan terkait teknologi teranyar Thales untuk pembangunan dan pengembangan kota cerdas (smart city).
"Kami menggunakan semua protokol yang terbuka, semua solusi disajikan dalam microservice, teknologi berorientasi cloud dengan protokol yang maksimum. Dengan begitu, kita terbuka dengan berbagai teknologi, baik masa kini maupun untuk masa depan," jelas Makrem Dridi yang menjabat sebagai Vice President Global Security and Digital Solutions Secure Communications & Information Systems Thales.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Markem juga memaparkan soal sejauh mana level keberlanjutan (sustainability) yang Thales terapkan sehingga sesuai dengan karakter IKN. Ada lima kata kunci yang dijunjung untuk menggambarkan ciri khas ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur itu, yakni hijau (green), inklusif, cerdas, tangguh, dan keberlanjutan.
Menanggapi penjelasan Thales, Bambang yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Perhubungan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2009-2014) melontarkan pertanyaan terkait potensi peningkatan kapasitas masyarakat.
Ia ingin tahu bagaimana Thales dapat ikut berkontribusi dalam membantu masyarakat beradaptasi dengan teknologi baru nantinya di kota yang diklaim pertama memiliki standar ESG (environmental, social, governance) itu. "Karena mengubah peradaban tidak mudah karena Indonesia adalah negara yang berkembang," katanya.
Baca juga: Ini Tantangan Bangun Museum dari Nol di IKN |
![]() |
Thales yang turut terlibat dalam proyek pembuatan satelit SATRIA 1 milik Indonesia, satelit terbesar di Asia dan ke-5 dunia, ternyata bukan satu-satunya perusahaan dunia yang tertarik untuk terlibat dalam proyek IKN.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Prof. Mohammed Ali Berawi mengungkapkan banyak korporasi teknologi dari berbagai negara yang menyatakan ketertarikan terhadap proyek IKN. Dari Amerika Serikat, di antaranya IBM, Cisco, dan Honeywell.
"Pemerintah AS lewat USTDA (United States Trade & Development Agency) bahkan membentuk sebuah konsorsium yang terdiri dari tujuh perusahaan besar khusus untuk IKN," katanya.
Tidak ketinggalan Korea Selatan dengan perusahaannya seperti Samsung dan LG. China juga menawarkan, begitu pula Jerman, dan Finlandia.
"Saya optimis, mimpi untuk memiliki kota cerdas di IKN terwujud, tapi kami tidak mau didikte karena masterplan tetap dari kami," katanya.
Bambang mengatakan, IKN masih terbuka untuk melakukan semacam pengadaan tender provider technology. Penyeleksiannya bertumpu pada reliable, sustainable, affordable. "Tentu saja ada affordable. Sesuai kantong kita gak?" katanya.
IKN ditargetkan rampung pada 2045. Adapun pembangunannya diprediksikan memakan biaya US$ 35 miliar atau sekitar Rp 460-500 triliun, yang 20 persennya dari anggaran dana, sisanya sektor swasta.
(dtg/das)