LRT Jabodebek kini hanya mengoperasikan sembilan rangkaian kereta (trainset). Hal itu terjadi karena roda dari 18 trainset aus, sehingga memerlukan perawatan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal, mengatakan LRT Jabodebek saat ini mengalami pengurangan jumlah kereta yang beroperasi. Persoalan ini bermula ketika tim inspeksi lapangan menemukan serbuk-serbuk pada lengkung LRT Jabodebek.
Ada sejumlah kemungkinan. Risal mengatakan, serbuk itu bisa berasal dari sarana ataupun prasarana LRT Jabodebek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (tim inspeksi) menemukan adanya serbuk-serbuk pada lengkung. Dari serbuk-serbuk kita teliti, serbuk ini dari mana? Ternyata ada beberapa temuan bisa dari sarana, maupun prasarana. Ini yang sedang kita tindaklanjuti kenapa terjadi serbuk itu," katanya dalam Podcast Tolak Miskin detikFinance, Jumat (3/11/2023).
Dia mengatakan, temuan itu masih dikaji dengan tim konsultan, Direktorat Jenderal Perekeretaapian (DJKA) dan PT KAI (Persero).
Lanjutnya, terhadap sejumlah risiko, pihaknya melakukan antisipasi. Dia mengatakan, persoalan pada LRT ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Dia mengatakan, tiga negara pernah mengalami persoalan serupa.
"Hal ini memang kejadian luar biasa. Kami sudah benchmarking sebenarnya, pernah dialami ada tiga negara mengalami hal sama dengan kondisi ini, di Athena dan di Kolombia juga pernah seperti itu, dan sedang kita pelajari. Dari benchmark itu kita melakukan apa yang harus lakukan untuk LRT Jabodebek," terangnya.
Soal target perbaikan, dia menyebut, hal kajian konsultan bisa keluar pekan ini dan akan ditindaklanjuti.
"Kalau dengan hasil konsultan kita minta minggu ini sudah selesai supaya bisa kita tindaklanjuti. Yang jelas ada dua hal, satu bagaimana mempertahankan layanan, kedua memperbaiki permasalahan yang ada," katanya.
(acd/eds)