Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) resmi meluncurkan Peta Jalan Menuju Kota Nol Emisi Karbon Nusantara atau Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC). Hal ini dilangsungkan dalam Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa Bangsa, COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) hari Minggu kemarin.
Kepala OIKN Bambang Susantono mengatakan, peluncuran peta jalan Nusantara Net Zero Strategy ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia. Pasalnya, ini pertama kalinya Indonesia memiliki RLDC.
"OIKN dengan bangga mengumumkan Nusantara's Net Zero Emission Strategy, sebuah dokumen yang menunjukkan komitmen kota ini untuk ikut ambil bagian dalam upaya global mengakselerasi aksi iklim," kata Bambang, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (4/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Bambang menyampaikan, ibu kota baru Indonesia itu tidak hanya akan menjadi kota yang hijau, tapi juga akan menjadi model untuk masa depan yang berkelanjutan. Hal ini terlihat dari target sebagai kota nol emisi karbon, di mana karbon yang dihasilkan sama dengan kapasitas penyimpanan atau bahkan kurang dari itu.
Beberapa langkah yang akan dilakukan OIKN antara lain termasuk proses reforestasi secara masif, peremajaan, dan menjaga ekologi di Nusantara. Hal ini diwujudkan lewat langkah konversi 65% area Nusantara, yang mayoritas ditutupi tanaman monokultur, menjadi hutan tropis yang asri.
Sementara itu, area urban juga akan menggunakan teknologi, demi menjamin manajemen sumber daya alam yang efisien paralel dengan penerapan inovasi solusi berbasis alam. Bambang pun mencontohkan, seperti menjadikan Nusantara sebagai kota spons, memastikan ketersediaan air, pengurangan bahaya banjir, serta pelestarian ekologi.
"Dalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Otorita Ibu Kota Nusantara menyiapkan langkah untuk mentransformasi target ambisius menjadi aksi yang spesifik dan terukur," ujar Bambang.
Peta jalan Nusantara RLDC sendiri berfokus pada lima sektor yaitu kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU), energi, agrikultur, pengelolaan sampah, dan industri. Di dalamnya tercantum target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045, lalu target lebih ambisius dalam skenario kedua yakni pengurangan emisi hingga mencapai -1,6 MtCO2.
Sementara itu, Direktur Jenderal Asia Tenggara Asian Development Bank (ADB) Winfried Wicklein menyampaikan rasa senangnya bermitra dengan OIKN dalam pengembangan strategi ini. Ia juga turut senang menjadj bagian dari sejarah dalam mewujudkan IKN Nusantara sebagai kota hutan atau forest city.
"Strategi ini tidak hanya sebagai tindakan nyata dalam mewujudkan visi Indonesia yang modern dan berkelanjutan, namun juga mewakili upaya nyata Indonesia dalam memerangi perubahan iklim, serta berkontribusi pada wilayah yang lebih luas yaitu di wilayah Asia dan Pasifik," kata Wicklein.
Nusantara's Regionally and Locally Determined Contribution ini mencerminkan tekad untuk memenuhi target iklim, sekaligus mengatasi tantangan lainya yang dihadapi IKN. Strategi ini akan memainkan peran penting dalam mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Aksi-aksi dalam pengurangan emisi yang dilakukan di tingkat kota juga selaras dengan Indonesia's Enhanced National Determined Contributions (ENDC). ENDC merupakan bagian penting dari strategi penanggulangan perubahan iklim dan terhubung ke dalam kebijakan nasional.
(shc/rrd)