Bos INA Beberkan Cara Agar Investor Asing Mau Investasi Langsung di Jalan Tol RI

Bos INA Beberkan Cara Agar Investor Asing Mau Investasi Langsung di Jalan Tol RI

Samuel Gading - detikFinance
Rabu, 13 Des 2023 17:00 WIB
Ilustrasi Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Ilustrasi jalan tol - Foto: Dok. Hutama Karya
Jakarta -

Investor asing disebut enggan berinvestasi langsung ke berbagai proyek infrastruktur jalan tol Indonesia. Menurut Indonesia Investment Authority (INA) ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi agar infrastruktur jalan tol menarik di mata investor global.

"Seperti juga disampaikan dari pembicara-pembicara yang terdahulu, itu ada beberapa kriteria yang dicari dari beberapa investor global," ungkap Ketua Dewan Direktur INA Ridha D. M. Wirakusumah dalam paparannya di Creative Infrastructure Financing Day 3 Bold Actions: Terobosan Menutup Funding Gap Infrastruktur di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pattimura, Jakarta Selatan, Rabu (13/12/2023).

Ridha menjelaskan mayoritas investor global cenderung tertarik melakukan akuisisi tol-tol eksisting (aset brownfield), hal ini berkaitan dengan traffic atau pengguna jalan tol yang sudah jelas jumlahnya. Menurutnya, jika investor harus membantu proses konstruksi tol (aset greenfield), maka biaya yang dibutuhkan akan lebih besar khususnya dari sisi pengadaan lahan dan operasionalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka lebih suka berinvestasi pada aset brownfield karena kalau yang greenfield masih ada, misalnya masalah pembebasan lahan atau (khawatir) ada hal operasionalnya," ucap Ridha.

Ia kemudian mengatakan, terdapat setidaknya empat kriteria investasi yang diminati investor global. Pertama investor cenderung mencari proyek pada aset-aset brownfield atau eksisting. Investor global lebih senang menaruh investasi setelah fase operasional untuk menghindari risiko saat konstruksi.

ADVERTISEMENT

Kedua, investor global biasanya berminat menjadi pemilik saham mayoritas dan/atau joint control. Karena pada umumnya, Ridha menjelaskan investor global ingin memiliki kontrol signifikan atas keputusan operasional, keuangan, dan aspek strategis.

"Kalau bisa, kepemilikan atau sahamnya itu mayoritas atau paling tidak kontrol. Dan itu sudah kita lakukan di keempat aset yang kita peroleh," jelasnya.

Ketiga, investor global bakal lebih memilih proyek-proyek infrastruktur, semisal jalan tol, yang punya risiko traffic yang diperkirakan. Investor juga cenderung memilih ruas yang layak dari sisi keekonomian.

"Memang ada risiko traffic, tapi ini kan sesuatu yang memang kita bisa siasati atau misalnya ada skema-skema yang kita bisa kembangkan," sambungnya.

Adapun kriteria terakhir adalah kepastian hukum, Ridha menjelaskan investor perlu yakin seluruh hak dan kewajiban dalam perjanjian konsesi dapat dijalankan sesuai kesepakatan dengan pemerintah.

Lepas Sejumlah Ruas Tol di Jawa-Sumatera

Indonesia Investment Authority (INA) akan melepas sejumlah ruas tol di Pulau Jawa dan Sumatera kepada konsorsiumnya. Chief Executive Officer (CEO) INA Ridha Wirakusumah mengatakan hal itu dilakukan guna menarik investasi ke Indonesia.

"Jalan tol yang trans jawa insya Allah akan kita lepas sebagian ke konsorsium kami. Jalan tol yang di Sumatera itu kami lakukan auction (lelang) sudah ada 3 konsorsium sudah berminat. Insya Allah kuartal pertama ke depan kita lepas,"ungkap Ridha.

Sejumlah anggota konsorsium INA adalah Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), APG Asset Management (APG), dan Caisse de dépôtet placement du Québec (CDPQ). ADIA adalah lembaga pengelola dana investasi khusus atau sovereign wealth fund (SWF) asal Uni Emirat Arab (UEA). Sedangkan APG adalah dana pensiun Belanda. CDPQ sendiri berasal dari Prancis.

Ridha kemudian menjelaskan, bahwa upaya lainnya untuk menarik investor adalah pembuatan platform investasi jalan tol bersama ADIA dan APG senilai US$ 3,5 juta atau Rp 45 triliun. Selain itu, INA saat ini juga secara paralel menjajaki peluang investasi lainnya dalam sektor jalan tol di Indonesia.

"Kita juga sekarang sedang lihat-lihat investasi sebesar lebih dari 80 triliun (enterprise value) dan mudah-mudahan bisa berhasil," bebernya.

Hingga saat ini, Ridha mengatakan INA diketahui memiliki sejumlah ruas tol yakni Jalan Tol Medan - Binjai yang memiliki panjang 17 kilometer dengan enterprise value (EV) Rp 4 triliun. Kemudian Jalan Tol Bakauheni - Terbang Besar sepanjang 141 kilometer dengan EV Rp 17 triliun, lalu Jalan Tol Kanci - Pejagan dengan total panjang 35 kilometer dan valuasi EV Rp 5 triliun, dan terakhir Jalan Tol Pejagan - Pemalang yang memiliki panjang 58 kilometer dan valuasi Rp 11 triliun.

Kendati demikian saat dikonfirmasi kembali, Ridha enggan menjelaskan secara rinci ruas tol apa saja di Trans Jawa dan Sumatera yang akan dilepas kepada konsorsium, serta konsorsium yang dimaksud.

"Nanti ya," ucapnya saat ditemui kembali selepas acara.

(kil/kil)

Hide Ads