Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Bakal Fleksibel: Murah Saat Sepi, Weekend Mahal

Harga Tiket Kereta Cepat Whoosh Bakal Fleksibel: Murah Saat Sepi, Weekend Mahal

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 31 Des 2023 06:00 WIB
Dua mode transportasi publik canggih diresmikan Jokowi pada tahun 2023 ini. Kereta Cepat menembus Jakarta-Bandung dan LRT Jabodebek wara-wiri di Jakarta.
Foto: detikcom files
Jakarta -

Pemerintah akan menerapkan skema harga yang lebih fleksibel untuk tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh. Langkah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong penambahan jumlah pengguna kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sendiri menargetkan jumlah penumpang Whoosh bisa tembus 30 ribu penumpang per hari. Namun sampai saat ini, secara rata-rata angkanya masih di bawah 20 ribu per hari.

Oleh karena itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo memandang, skema dynamic pricing atau tarif dinamis bisa menjadi salah satu strateginya. Pria yang akrab disapa Tiko ini menjelaskan, saat ini skema ini tengah disimulasikan untuk pembelian tiket Whoosh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kan kita waktu Rp 200 ribu harganya (tiket), itu sempat 21 ribu (penumpang). Kemarin waktu libur juga 21 ribu. Waktu harganya Rp 200 ribu, (kelas) ekonomi turun sedikit ke 15 ribu (penumpang). Nah ini kita lagi diskusi mengenai dynamic pricing. Supaya nanti pada jam-jam yang kurang rame kita turunkan harga, balancing. Mungkin weekend akan lebih mahal," katanya di Jakarta, Sabtu (30/12/2023).


Tiko mengatakan, konsepnya sama seperti tiket pesawat di mana harganya bisa berbeda-beda tergantung dari jumlah demand. Selain itu, juga bisa diterapkan multitarif dan tarif diferensiasi. Dari langkah ini, harapannya pihaknya bisa menemukan skema terbaik untuk mendorong peningkatan pengguna.

ADVERTISEMENT

"Kalau kemarin kan masih flat tarif. Misalnya diminta, Pak Edo Dirut KCIC bikin skema multi pricing dan diferensiasi pricing, termasuk berlangganan. Nah ini kita harapkan kalau semua bisa kita jalankan dengan lebih akurat (bisa menambah jumlah pengguna)," jelasnya.

"Kita kan lagi lihat dinamika behaviornya, yang berani bayar mahal hari apa, jam berapa. Yang kalau lagi murah supaya mereka naik, turun ke berapa. Ini lagi kita bikin skema dynamic pricingnya ini. Harapannya nanti bisa ke 20 ribu (penumpang)," imbuhnya.

Selain perubahan skema perubahan tarif tiket, penambahan jumlah penumpang harapannya juga bisa terwujud lewat penambahan jumlah perjalanan. Dari yang saat ini baru menyediakan 40 perjalanan, rencananya di 2024 mendatang akan bertambah menjadi 68 perjalanan.

Di sisi lain, Tiko sendiri menilai target 20 ribu penumpang per hari terbilang cukup ideal. Oleh karena itu, ia merevisi targetnya dari yang semula 30 ribu per hari menjadi hanya 20 ribu per hari.

"Kalau saya cukup 20 ribu. Saya turunkan (target) jadi 20 ribu. Jadi misalnya 2024 ke 20 ribu. Tapi nanti dengan cara dynamic pricing dan nambah perjalanan. Lagi kita simulasiin," kata Tiko.

Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo menilai, kondisi belum tercapainya target penumpang Whoosh terbilang wajar. Menurutnya moda transportasi baru memang membutuhkan waktu agar mencapai target ridership yang diinginkan.

Ia menilai, saat ini KCIC telah menunjukkan pencapaian yang baik. Bahkan, pujian juga diterimanya langsung dari sejumlah pimpinan China Development Bank (CDB) yang melihat animo luar biasa saat peluncuran Whoosh.

"Kemarin ada orang-orang China ke sini, pimpinannya CDB sini menyampaikan, animo di sini lebih tinggi daripada saat mereka luncurkan kereta cepat di China. Di awal tuh gitu. Itu kita mempelajari ini dengan AI, dynamic pricing system nanti akan kita adjust. Seperti kata Pak Tiko tadi, bagaimana kita bisa mencapai ini lebih cepat," kata Didiek, dalam kesempatan yang sama.

(shc/das)

Hide Ads