Pulau Bali selama ini belum punya angkutan umum massal yang bisa diandalkan masyarakat. Hal ini dinilai menjadi biang kerok utama kemacetan panjang terjadi di Pulau Dewata, apalagi di tengah musim liburan.
Seperti diketahui, antrean panjang mobil terpantau terjadi di ruas Tol Bali Mandara ke arah Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Jumat malam 29 Desember 2023 yang lalu. Dilansir dari detikBali, sempat beredar video yang merekam sejumlah penumpang terpaksa turun dari mobil akibat terjebak macet di ruas Tol Bali Mandara menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai. Bahkan, karena kemacetan itu orang-orang akhirnya berjalan kaki untuk bisa tepat waktu sampai di pintu keluar tol.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menilai minimnya angkutan massal di Bali dinilai jadi masalah utama kejadian ini. Sudah saatnya Bali berbenah diri untuk membentuk transportasi umum yang bisa diandalkan, setidaknya untuk menghubungkan bandara dengan berbagai tempat wisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biang kerok kemacetan ini sudah jelas adalah minimnya angkutan massal di Bali, khususnya ke Bandara Bali. Baik bus atau angkutan kereta api sama sekali tidak ada di ke Bandara Bali. Jadi 1 orang aja diantar dengan 1 mobil ini yang bikin macet parah bahkan sampai stuck," beber Deddy ketika dihubungi detikcom, Minggu (31/12/2023).
Deddy menekankan sebagai kawasan yang ramai lalu lalang seharusnya Bali punya angkutan massal yang mumpuni. Apalagi, di sana ada bandara yang kelasnya sudah internasional. Transportasi umum seharusnya dihadirkan di Bali.
"Otomatis karena dimanapun bandara udara internasional semestinya itu terintergrasi angkutan massal," ujar Deddy.
Dia tak menutup sejauh ini sudah ada angkutan bus di Bali. Namun, jumlahnya sedikit. Baik bentuk armadanya yang tak mampu menampung banyak orang, maupun jumlah armadanya.
"Bayangin aja bus ke bandara Bali hanya dilayani bus kecil. Itupun jumlahnya sedikit yang menggunakan, wisatawan lebih suka naik rental mobil daripada angkutan umum. Bandingkan di Bandara Soetta bus-bus besar tiap hari ratusan ke Bandara Soetta," kata Deddy.
"Perbanyak lah jumlah armada bus yang trayeknya melawati area-area wisata atau tempat-tempat bisnis di Bali," lanjutnya.
Di lain pihak, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengakui Bali kurang membenahi angkutan umum sebagai kawasan yang padat. Selama ini kebanyakan kendaraan pribadi yang jadi andalan di Bali.
Budi Karya pun menekankan mulai saat ini Bali harus membenahi diri dan memiliki angkutan umum massal. Dengan kunjungan wisata yang masif, transportasi umum harus beriringan dibangun.
"Bali harus memiliki angkutan massal perkotaan. Tidak bisa lagi hanya menggunakan kendaraan pribadi, karena kunjungan wisata di sini semakin masif," tutur Budi Karya.
Sejauh ini per 2 Januari 2024, Budi Karya mengatakan akan disediakan bus khusus sebagai angkutan antar jemput penumpang dari dan ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Rutenya akan melewati beberapa titik wisata di Bali seperti Nusa Dua, Sentral Parkir Sunset Road, serta Benoa. Bus juga berkeliling di sepanjang Kuta, Legian, serta Canggu dengan headway 15 menit.
Sementara itu untuk jangka panjang, pemerintah sedang mempersiapkan pembangunan LRT di Pulau Bali. Menurutnya untuk membangun LRT membutuhkan waktu kurang lebih 3 sampai 4 tahun.
Sampai saat ini, dia belum menyatakan kapan LRT akan dibangun di Bali. Tapi yang jelas, menurutnya Korea Selatan bakal masuk ke proyek LRT Bali. Negeri Ginseng memberikan komitmen untuk melakukan feasibility study alias studi kelayakan proyek dan juga pinjaman untuk pembangunan LRT Bali.
Untuk Tahap 1, Budi Karya memperkirakan LRT bakal dibangun dengan menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Sunset Road, Kuta.
"Minggu lalu kami sudah bertemu pihak dari Korea Selatan yang memberikan grant untuk Feasibility Study (FS) dan akan memberikan Official Development Assistance (ODA) Loan, untuk pembangunan LRT Tahap 1 dari bandara sampai Sunset Road," tutur Budi Karya.
(hal/das)