Kemacetan parah di ruas tol menuju Pelabuhan Merak memicu kritik terhadap pelaksanaan mudik tahun ini. Termasuk juga kemacetan di ruas tol Jakarta-Cikampek.
Pengamat Transportasi dan Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyampaikan sejumlah catatan untuk evaluasi mudik Lebaran kali ini.
"Terlena dengan prestasi di tahun 2023. Tahun 2023 bagus, nggak macet sama sekali di pintu ketika arus balik ya, Tol Jakarta-Cikampek (Japek) kan kemarin panjang dan lama, dulu nggak selama itu. Bisa diurai tapi prosesnya lama," kata Djoko, kepada detikcom, Kamis (18/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Catatan utama ialah pembenahan penyeberangan di Pelabuhan Merak. Hal ini berkaca dari macet belasan kilometer yang terjadi di beberapa waktu menjelang Hari Lebaran. Djoko sendiri termasuk ke dalam pemudik yang dalam dua tahun belakangan melalui kawasan tersebut.
"Merak tahun lalu sukses, nggak ada antrean di jalan tol. Bagus dia, sudah ada pembagian di Pelabuhan Ciwandan, Merak, dan Pelabuhan Bojonegara. Tapi kan tahun ini bertambah volumenya, yang sebenarnya bisa dilihat dari jumlah orang yang beli tiket. Itu seharusnya bisa diatur," ujar dia.
Pandangan serupa juga disampaikan salah seorang pemudik asli Pagar Alam Sumatera Selatan, Aldi. Niat hati mudik dari Kota Bandung mengendarai mobil pribadi, ia disambut dengan kondisi jalan tol yang macet total. Kemacetan ini bahkan membuat perjalanannya Jakarta-Pagar Alam tembus 42 jam, dari yang biasanya hanya sekitar 24 jam.
"Dari 2016 merantau, ini pengalaman mudik paling parah, paling panjang. Aku kira mudik 2019 dulu, ada Tsunami Banten aku lagi di kapal, aku kira perjalanan itu yang paling berkesan, memorable, menakutkan. Ternyata yang ini lebih berkesan. Melatih kesabaran lebih ekstra, pokoknya paling chaos," kaat Aldi, kepada detikcom, Kamis (18/4/2024).
Jawaban Menhub
Merespons soal kemacetan, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan jumlah pergerakan pemudik meningkat jauh dibandingkan dengan hasil survei sebelum mudik. Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan bersama salah satu provider besar Indonesia, tercatat selama libur kemarin ada 242 juta pergerakan, naik dari prediksi di 192 juta.
"Sebenarnya kita sudah perkirakan dengan angka sebesar itu not easy, tidak gampang. Saya worry dengan angka yang besar itu. Maka kalau itu (kemacetan) terjadi, dan terjadinya memang di tempat yang kita petakan, di km 70, Kalikangkung dan Merak. Dan apa yang terjadi itu malah (banyak yang) di luar dugaan," kata Budi Karya, ditemui di kantor Kemenhub, Jakarta Pusat, Jumat (19/4/2024).
Menurut Budi ada kondisi yang terjadi diluar prediksi. Contohnya, pembeli tiket kapal feri di Pelabuhan Merak dari masyarakat asal Jawa bagian Timur membludak. Hal ini membuat aliran pemudik menumpuk di Barat. Selain itu juga membludaknya pemudik di hari ke-5.
"Cipali juga gitu, tidak gampang kami menganjurkan masyarakat itu mudik, walaupun WFH tidak dilakukan. Makanya hari Minggu dan Senin tinggi sekali, v/c ratio di atas 8," kata Budi.
Menurutnya, salah satu evaluasi besar yang perlu dilakukan di 2025 mendatang ialah dengan implementasi teknologi IT di gerbang tol sehingga masyarakat tidak perlu lagi tapping kartu. Adapun yang dimaksud ialah penerapan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) atau bayar tol tanpa setop.
"Gate di km 70 harus pakai IT, nggak boleh lagi pakai tapping, jadi tidak ada lagi perlambatan. Kami memantau hari ke hari, jam ke jam, jadi kecepatan paling rendah itu 15 km per jam, kira-kira hampir 5 km mulai dari 70, turun, turun (kecepatan), sampai segitu. Ini membuat kita worry," katanya.
Budi Karya berharap, dengan penerapan teknologi IT itu di seluruh gerbang tol prioritas, bisa menekan angka kemacetan di periode Lebaran berikutnya. Harapannya juga implementasi teknologi tinggi bisa membantu pemerintah dan seluruh stakeholder dalam memastikan kelancaran arus lalu lintas.
(shc/hns)