Saham PT Astra International Tbk (ASII) sempat mengalami pelemahan akibat sentimen global yang tengah dalam masa penuh guncangan. Salah satu yang mempengaruhinya ialah reaksi pasar atas munculnya pesaing di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dari China hingga Korea.
Pandangan ini disampaikan oleh Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro. Adapun portofolio kerja sama Astra sendiri saat ini menggandeng perusahaan-perusahaan otomotif Jepang seperti Honda.
"Kami menyadari adanya tekanan terhadap harga saham Astra dan ini memang tidak terlepas dari sentimen perekonomian global dan domestik," kata Djony, dalam Konferensi Pers usai RUPST, melalui saluran telekonferensi, Selasa (30/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga melihat reaksi pasar terhadap munculnya persaingan di sektor otomotif. Dengan munculnya persaingan baru, terutama battery EV, misalnya dari China, Korea, yang dianggap sebagai ancaman posisi Astra," sambungnya.
Secara keseluruhan, menurutnya pergerakan harga saham sendiri dipengaruhi begitu banyak faktor, mulai dari kondisi ekonomi global dan domestik, finansial makro, situasi mikro dalam negeri, geopolitik, hingga sentimen pasar itu sendiri.
Meski saham Astra mencatatkan tren penurunan, perusahaan tetap optimistis dalam menghadapi gejolak geopolitik saat ini imbas konflik Israel-Iran. Djony mengatakan, hal ini didukung dengan portofolio bisnis Astra yang terdiversifikasi dan terbukti resilien dalam menghadapi krisis, seperti saat pandemi Covid-19 silam.
"Portofolio bisnis Astra kalau kita lihat juga memberikan pertumbuhan konsisten dengan CAGR selama 5 tahun terakhir sebesar 9%. Dibandingkan dengan GDP (PDB) negara kita 5 tahun, di bawah angka tersebut," ujarnya.
Kemudian yang kedua, menurutnya, kinerja Astra didukung oleh faktor fundamental solid dan tata kelola baik, serta didukung neraca yang sehat. Sedangkan dari sisi sektor otomotif secara mikro, saat ini market share produk Astra secara agregat masih di angka 55-56%.
"Ini menunjukkan kekuatan solidaritas yang dimiliki produk Astra," imbuhnya.
Hal ini didukung dengan produk kendaraan listrik yang mulai diadopsi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Astra, posisi model hybrid masih dominan dari seluruh kendaraan elektrifikasi keluaran Astra.
"Data yang kami miliki di 2023, 3 bulan pertama tahun ini model hybrid masih mendominasi dengan 75% daripada total kendaraan elektrifikasi. Dan produk Astra masih dominan di model-model hybrid. Ini membuktikan kendaraan hybrid masih jadi model populer dan relatif bisa diterima masyarakat," jelas dia.
Selain di sektor otomotif, Astra juga mendorong kinerja di bidang infrastruktur. Hingga saat ini Astra telah mengelola jalan tol sepanjang 336 km, terdiri atas Tol Tangerang-Merak Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Tol Jombang-Mojokerto.
"Selain itu, kami juga mendukung pertumbuhan Astra jangka panjang. Kami terus investasi di sektor potensial. Tentunya ini adalah dalam jangka panjang, bagi kami tidak bisa dan tidak diajarkan lihat jangka pendek, jadi harus ada keseimbangan, short term interest dengan long term sustainability. Contohnya di sektor kesehatan," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, saham ASII mencatatkan tren penurunan sejak awal Januari 2024 (year-to-date/YTD). Dikutip dari data RTI, ASII turun 9,65% atau sebesar Rp 550, dari harga Rp 5.700 per lembar saham di 2 Januari 2024 menjadi Rp 5.150 per lembar saham.
Meski begitu, pada hari ini ASII tercatat menghijau, naik 2,49% atau Rp 125 per lembar saham ke posisi Rp 5.150 per lembar saham, dari nominal saat pembukaan pasar di Rp 5.050 per lembar saham.
(shc/das)