.webp)
PT MRT (Perseroda) mencatat beberapa kontribusi non-fare box (NBF) sepanjang tahun 2024. Adapun setengah pendapatan MRT sepanjang periode Januari-November bukan berasal dari penjualan tiket.
Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud menuturkan, pendapatan terbesar masih disumbang dari naming rights atau hak penamaan stasiun sebesar 50%.
Di posisi kedua, pendapatan MRT disumbang oleh advertising sebesar 24%, mitra pembayaran 12%, retail 8%, telco dan digital 4%, event activation dan TOD masing-masing 1%. Kendati begitu, Farchad tak menyebut angka pasti yang telah diterima MRT lantaran perlu menunggu hasil audit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kontribusi pendapatan non-fare box MRT sebagian besar disumbang dari pengusahaan naming station, naming rights," kata Farchad dalam konferensi persnya di Galeri MRT, Stasiun Jakarta Kota, Selasa (17/12/2024).
Farchad mengaku bersyukur lantaran pendapatan baru MRT tahun ini mengalami pertumbuhan hingga 50%. Ia mengaku, pendapatan baru terus mengalami peningkatan dari sisi usaha-usaha baru.
Baca juga: Begini Progres Pembangunan MRT Fase 2 |
"Namun demikian pastinya nanti akan bisa dilihat di laporan keuangan MRT. Tapi itu secara keseluruhan yang kami menyampaikan bahwa perbaikan pasca pandemi sudah dapat kita lihat," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT MRT Tuhiyat menuturkan, pendapatan fare box mengalami peningkatan hingga 100%. Begitu juga dengan pendapatan non-fare box yang meningkat 100%.
Akan tetapi, ia mengaku belum dapat mengumumkan angka secara pasti. Pasalnya, jumlah pendapatan MRT masih dalam tahap audit keuangan.
"Angka masih terus kita garap terus dan tanpa mendahului kita juga masih menunggu hasil audit yang dilakukan," tutupnya.
Simak juga Video 'Ketentuan Foto Prewed Gratis di Stasiun dan Kereta MRT Jakarta':
