Butuh Rp 10.000 T Bangun Infrastruktur, Uang Negara Cuma Cukup 40%

Butuh Rp 10.000 T Bangun Infrastruktur, Uang Negara Cuma Cukup 40%

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 12 Jun 2025 15:15 WIB
Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani/Foto: Shafira Cendra Arini
Jakarta -

Total kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia periode 2025-2029 diperkirakan mencapai US$ 625,37 miliar atau setara Rp 10.162 triliun (kurs Rp 16.250). Namun anggaran pemerintah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sekitar 40%.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Dengan demikian, anggaran pemerintah hanya mampu memenuhi US$ 250,15 miliar atau sekitar Rp 4.065 triliun.

"Total kebutuhan investasi infrastruktur untuk periode 2025 hingga 2029 diperkirakan sekitar US$ 625 miliar, anggaran pemerintah yang digabungkan dengan anggaran pemerintah daerah akan mencakup sekitar 40%" kata Sri Mulyani, di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (12/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas kondisi tersebut, menurut Sri Mulyani, dapat dipastikan bahwa Indonesia akan mengalami kesenjangan pendanaan. Oleh karena itu, RI membutuhkan partisipasi dari sektor swasta dan juga dukungan dari banyak mitra, serta juga menuntut terciptanya mekanisme pendanaan yang inovatif.

Sri Mulyani mengatakan, prioritas domestik ini bersinggungan dengan meningkatnya tekanan global, yang saat ini sedang terjadi, mulai dari perang dagang hingga tekanan geopolitik di beberapa kawasan.

ADVERTISEMENT

"Dunia saat ini penuh dengan ketegangan geopolitik yang terus-menerus, yang mengakibatkan fragmentasi dan ketidakstabilan di seluruh negara dan kawasan, prospek ekonomi global tidak bagus," ujarnya.

Ia pun mengutip perkiraan OECD di mana terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi global, dari pertumbuhan PDB global 3,4% pada tahun 2024 menjadi hanya 2,9% pada tahun 2025. Sedangkan Bank Dunia dalam beberapa hari ini menerima laporan baru bahwa peningkatan ekonomi global pada tahun 2025 akan turun 0,4% hingga hanya 2,3%.

Tantangan ini dikombinasikan dengan risiko iklim yang semakin intensif sehingga akan memberikan tantangan besar bagi banyak negara untuk merencanakan serta melaksanakan pembangunan infrastruktur. Organisasi Meteorologi Dunia juga menandatangani peningkatan temperatur global akan mencapai rekor tinggi selama lima tahun berikutnya.

"Jadi dengan peningkatan perubahan iklim membutuhkan level infrastruktur yang baru yaitu resiliensi. Cuaca ekstrem, transisi energi, dan degradasi lingkungan membutuhkan kita untuk melewati pembangunan fisik dan mengintegrasikan kesejahteraan jangka panjang," ujarnya.

(shc/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads