Dalam ajang Indo Defence Expo and Forum 2025, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) resmi menandatangani kerja sama dan nota kesepahaman (MoU) dengan dua lembaga penting: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT LEN Industri (Persero).
Langkah ini dilakukan untuk mendorong penguatan ekosistem satelit Tanah Air yang kompetitif di tingkat global, serta mengurangi ketergantungan pada teknologi luar negeri.
Kerja sama PSN dan BRIN ditandatangani oleh Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso dan Kepala Pusat Riset Telekomunikasi BRIN Prof. Dr. Nasrullah Armi, M.Eng. Fokus kolaborasi ini adalah pengembangan antena phased array-teknologi canggih yang memungkinkan arah pancaran sinyal dikendalikan tanpa komponen mekanis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengembangan antena phased array ini akan menjadi fondasi penting dalam membangun sistem komunikasi satelit generasi berikutnya," ujar Adi Rahman dalam keterangan resminya, Selasa (17/6/2025).
Menurut Adi, sinergi antara kekuatan riset BRIN dan pengalaman industri PSN diharapkan mampu menghasilkan antena yang compact, efisien, dan siap bersaing di pasar internasional.
"Solusi teknologi ini harus relevan, aplikatif, dan berdaya saing tinggi untuk mendukung transformasi digital serta kedaulatan teknologi nasional," tambahnya.
Selain BRIN, PSN juga menjalin kemitraan dengan PT LEN Industri, perusahaan BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan dan elektronika. MoU ditandatangani oleh Adi Rahman bersama Direktur Utama PT LEN Industri, Prof. Joga Dharma Setiawan, Ph.D.
Kolaborasi ini menjadi penggabungan kekuatan dua sektor strategis: operasional satelit yang dikuasai PSN dan rekam jejak LEN Industri di sektor pertahanan.
"Ini langkah penting untuk memperkuat ekosistem teknologi satelit nasional. Kami yakin sinergi ini bisa menghasilkan solusi yang tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga punya daya saing global," kata Adi.
Ia menegaskan, PSN berkomitmen memperluas kolaborasi lintas sektor, memperkuat sinergi antara industri dan riset, serta membangun ekosistem satelit nasional yang berdikari.
"Kalau kita ingin mandiri dalam infrastruktur strategis seperti satelit, kita tidak bisa terus bergantung pada teknologi luar negeri," tegasnya.
(rrd/rir)