Pelabuhan Kijing Sebagai Hub, Cocokkah?

Kolom

Pelabuhan Kijing Sebagai Hub, Cocokkah?

Siswanto Rusdi - detikFinance
Selasa, 26 Agu 2025 12:56 WIB
Terminal Kijing di Mempawah yang dikelola PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas) Cabang Pontianak menjadi tulang punggung ekonomi Kalimantan Barat.
Foto: Dok. PTP Nonpetikemas
Jakarta -

Pelabuhan Kijing, sering pula dibunyikan Terminal Kijing, menjadi bahan pemberitaan media nasional dalam beberapa waktu belakangan.

Lumayan masif. Tentu ada peran publisitas di sini. Tidak masalah. Namanya juga usaha.

Menurut media, PTP Nonpetikemas sebagai bagian Pelindo Grup, operator terminal multipurpose (serba guna) di terminal itu, menambah peralatan bongkar-muat untuk meningkatkan kinerjanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan alat baru memang; alat lama yang berada di terminal atau pelabuhan segrup yang kemudian direlokasi ke Kijing. Ambil contoh, 4 unit harbour mobile crane, 3 unit grab, 9 unit hopper, 4 unit bucket, dan 1 unit jembatan timbang, berasal dari berbagai cabang perusahaan yang mulai digeser ke lokasi yang baru sejak September 2023.

Perusahaan mengklaim langkah yang dijalankan langsung meningkatkan kapasitas layanan bongkar muat dan memperkuat kesiapan Terminal Kijing dalam menghadapi pertumbuhan volume kargo, khususnya komoditas curah cair, curah kering, dan general cargo.

Terminal ini kini menjadi tulang punggung pelayanan kargo nonpetikemas di Kalimantan Barat menggantikan fasilitas bongkar-muat barang umum di Pelabuhan Dwikora, Pontianak. Ya, Terminal Kijing merupakan bagian dari pelabuhan ini.

ADVERTISEMENT

Dwikora juga punya terminal peti kemas, terminal kendaraan dan lainnya. Kijing ke Pontianak, terbentang jarak lebih-kurang 70 km. Saya pernah menempuh jalur ini sekitar dua tahun lalu.


Seluruh aspek bisnis berada dalam kendali General Manager Pelindo Regional Pontianak dan aspek kepemerintahan/regulasi dipegang oleh Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Pontianak. Terminal Kijing beroperasi pada 9 Agustus 2022 dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pembangunannya didanai dari APBN dengan nilai mencapai Rp 2,9 triliun dengan status sebagai proyek strategis nasional (PSN) berdasarkan Perpres nomor 43/2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat. Kijing memang spesial.



Sebagai Hub?

Dengan 'keistimewaanya', Terminal Kijing bolehlah mengincar status hub di kawasan Pulau Kalimantan khususnya dan, syukur-syukur, kawasan Indonesia timur umumnya. Melihat kinerjanya, sepertinya sangat memungkinkan memasang target dimaksud.

Setiap tahun, terjadi kenaikan throughput. Kenaikannya lumayan konsisten dari tahun ke tahun, dengan capaian 2,27 juta ton pada 2023. Pada 2024, meningkat menjadi 3,09 juta. Sementara untuk 2025 diproyeksikan mencapai 3,3 juta ton yang dioperasikan oleh PTP Nonpetikemas.

Sebagai terminal multipurpose, PTP Nonpetikemas mencatat kenaikan throughput dari tahun ke tahun dengan capaian 2,27 juta ton pada 2023, meningkat menjadi 3,09 juta ton pada 2024, dan pada 2025 ditargetkan mencapai 3,3 juta ton.

Kontribusi terbesar berasal dari curah cair (1,9 juta ton), curah kering 761 ribu, ton dan general cargo 456 ribu ton. Hingga Juni 2025, total throughput tercatat 2 juta ton, dengan curah kering sebagai penyumbang terbesar sebesar 965 ribu ton, disusul curah cair 759 ribu ton, dan general cargo 328 ribu ton.

Sepanjang 2025, throughput diproyeksikan menembus 3,3 juta ton. Throughput yang ada terdiri dari curah cair (1,8 juta ton dari throughput 2,27 juta ton pada 2023). Angka ini naik menjadi 1,9 juta ton (dari 3,09 juta ton pada 2024).

Kijing juga melayani curah kering sebesar 761 ribu ton dan general cargo 456 ribu ton. Hingga Juni 2025, total throughput tercatat 2 juta ton, dengan curah kering sebagai penyumbang terbesar sebesar 965 ribu ton, disusul curah cair 759 ribu ton, dan general cargo 328 ribu ton.

Sepanjang 2025, throughput diproyeksikan menembus 3,3 juta ton. Yang dimaksud general cargo seperti karet, bungkil, dan kayu lapis.

Gagasan menjadikan Terminal Kijing sebagai hub akan makin mendapat momentum dengan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), serta bongkar muat Caustic Soda Liquid bersama mitra PT Pertamina Patra Niaga, PT Pertamina International Shipping, dan PT Samudera Banten Logistik.

Tambahan, terminal tersebut juga disiapkan untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Terintegrasi Khusus Aluminium. Namun, ada beberapa hal yang masih mengganjal dan perlu diselesaikan agar target menjadi hub dapat diwujudkan.


Selain itu, kesiapan Pelindo memulai pelayanan bongkar muat peti kemas di Terminal Kijing, sebagaimana disampaikan dalam informasi perusahaan pada Juni lalu, hal ini dipandang sebagai langkah penting dalam strategi besar menjadikan terminal ini sebagai hub.

Kehadiran layanan peti kemas bukan sekadar memperkuat konektivitas arus logistik nasional, tetapi juga menunjukkan keseriusan Pelindo mempercepat terwujudnya peran Kijing sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Barat.

Berangkat dari berbagai masukan (sebetulnya keluhan) yang disampaikan oleh pemangku kepentingan, dalam hal ini pelayaran internasional. Adapun yang menjadi concern mereka terkait kondisi bunkering atau BBM dan pandu-tunda alias pilotage.

Menurut mereka, suplai BBM untuk kapal peti kemas perlu ditingkatkan sehingga tidak perlu mengisi ulang di Malaysia atau Singapura. Jika ini dapat dipenuhi, maka mereka akan bisa melakukan pelayaran langsung. Di samping pasokan yang cukup, tentu saja soal harga menjadi perhatian mereka.

Permasalahan pilotage, biayanya relatif tinggi karena ada pengenaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di samping biaya yang ditagih oleh operatornya. Sesungguhnya kedua isu di atas tidak berada dalam pengelolaan Pelindo; ia berada pada perusahaan atau lembaga pemerintah.

Bunkering adalah kewenangan Pertamina dan PNBP merupakan ranahnya Kementerian Perhubungan. Agar Terminal Kijing betul-betul bisa menjadi pemain di kawasan, seperti statusnya sebagai terminal internasional, negara harus hadir. Idealnya, tuntutan para pelayaran (lokal dan internasional tentu saja) bisa dipenuhi. Semoga.


Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Ini Biang Kerok Kemacetan Parah di Tanjung Priok "
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads