Jakarta Rawan Tenggelam, Proyek Tanggul Laut Raksasa Jadi Temeng

Jakarta Rawan Tenggelam, Proyek Tanggul Laut Raksasa Jadi Temeng

Shafira Cendra Arini, Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Senin, 06 Okt 2025 18:45 WIB
Sejumlah warga beraktivitas di Jakarta pada Senin (6/10/2025) saat kualitas udara kembali menjadi sorotan. Langit tampak kelabu meski matahari bersinar, dan indeks kualitas udara menunjukkan kategori tidak sehat.
Tanda-tanda Jakarta bakal tenggelam.Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kenaikan permukaan air laut menjadi salah satu peristiwa alam yang mendapat perhatian lebih dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya di kawasan pesisir utara Pulau Jawa.

Bahkan, fenomena alam ini membuat Jakarta masuk ke dalam jajaran ibu kota yang tenggelam paling cepat di dunia.

Persoalan ini disinggung oleh Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan bencana di dunia karena berada di Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Posisi tersebut membuat Indonesia rawan terkena bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga tsunami. Selain itu, kenaikan permukaan air laut menjadi tantangan berikutnya yang mengancam kota pesisir.

"Kenaikan permukaan laut mengancam kota pesisir. Jakarta berada di antara deretan ibu kota di dunia yang bisa tenggelam lebih cepat," ujar AHY dalam Pembukaan The 54th Eastern Regional Organization for Planning & Human Settlements (EAROPH) Regional Conference 2025 di Novotel Cikini, Jakarta, Senin (6/10/2025).

ADVERTISEMENT

Menurut AHY, bencana banjir, kekeringan, dan gelombang panas semakin mengganggu kesehatan, keselamatan, dan produktivitas publik. Di saat yang sama, kota-kota juga tumbuh pesat seiring dengan arus migrasi mencari peluang dan mendukung perkembangan perkotaan.

Meski demikian, menurutnya kombinasi antara pertumbuhan urban, tekanan iklim, dan paparan bencana alam membuat Indonesia bukan hanya rentan, tetapi juga bernilai. Kondisi tersebut membuat Indonesia menjadi 'laboratorium' hidup di mana inovasi, ketahanan, dan kebijakan berinteraksi secara nyata.

Pembangunan infrastruktur perlu digencarkan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat yang rentan terdampak, termasuk masyarakat pesisir yang rentan terdampak penurunan muka air laut serta banjir rob.

Salah satu infrastruktur yang tengah disiapkan untuk mengatasinya ialah Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall.

"Di pesisir utara Jawa, proyek tanggul raksasa mengintegrasikan perlindungan banjir, restorasi mangrove, dan adaptasi masyarakat sebagai strategi ketahanan holistik," ujarnya.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menurut AHY, Indonesia memasuki babak baru, di mana transformasi yang menyatukan infrastruktur, inovasi, dan ketahanan di setiap level.

Oleh karena itu, pemerintah melakukan pendekatan terintegrasi dalam memastikan kota bukan hanya mesin pertumbuhan, tetapi juga pondasi stabilitas dengan menghubungkan perumahan dengan pertanian, transportasi dengan logistik, serta energi bersih dengan kesejahteraan inklusif.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads