Indeks sektoral saham bergerak mixed dengan kenaikan dipimpin indeks konsumer yang naik 1,44% ke level 1.028,25; indeks perdagangan naik 0,98% ke level 494,91; indeks perkebunan naik 0,50% ke level 2.019,67; dan indeks pertambangan naik 0,16% di level 3.144,56. Adapun pelemahan dipimpin oleh indeks aneka industri yang turun 1,23% ke level 920,49; indeks industri dasar turun 0,85% ke level 359,62; indeks infrastruktur turun 0,85% ke level 753,48; indeks keuangan turun 0,22% ke level
439,29; indeks manufaktur turun 0,07% ke level 773,58; dan indeks properti turun 0,02% ke level 182,02. Indeks MBX dan DBX melemah. IHSG mengalami net foreign buy sebesar Rp 307,13 juta dengan total pembelian asing Rp 1,4 triliun dan total penjualan asing mencapai Rp 1,09 triliun.
Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.800 ke Rp 37.550, Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik Rp 700 ke Rp 47.900, Multibreeder Adirama Indonesia (MBAI) naik 600 ke level 12.200, United Tractors (UNTR) naik 350 ke level 23.450, H.M Sampoerna (HMSP) naik 350 ke Rp 25.800, Surya Citra Media (SCMA) naik Rp 300 ke Rp 3.800, Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) naik Rp 200 ke Rp 10.800, MART (SMAR) naik Rp 200 ke Rp 5.250, dan Elang Mahkota Teknologi (EMTK) naik Rp 160 ke Rp 1.340.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investor, baik asing maupun domestik, juga berkurang nilai transaksinya. Akan tetapi, investor asing masih lebih baik dengan mencatatkan nett buy . Sementara investor domestik justru mencatakan nett sales . Kondisi ini memperlihatkan bahwa berita negatif dengan cepat langsung direspon oleh investor domestik dengan segera melepas saham. Sementara investor asing tetap melakukan pembelian meskipun terjadi penurunan nilai transaksi. Rupiah menguat yang dipicu tingginya ekspektasi pasar atas prospek kenaikan BI rate.
Bursa saham Asia Pasifik melemah kecuali Jepang, Cina, India, Thailand, dan Bangladesh. Kenaikan selama beberapa hari lalu dirasa sudah terbatas setelah tingginya harga bahan baku memicu kerugian dan menekan keuntungan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sebelumnya bursa saham Asia Pasifik menguat, salah 1 nya terkena imbas pengunduran diri Presiden Mesir. Tetapi, kenaikan ini hanya sementara. Terutama karena berlanjutnya kerusuhan di Afrika Utara dan Timur Tengah. Setelah Tunisia dan Mesir gelombang kerusuhan mulai menyebar ke Libya, Aljazair, Yaman dan Bahrain. Harga komoditas logam melemah di pasar Asia karena kekhawatiran langkah Cina mengetatkan likuiditasnya. Bank sentral China menaikkan persyaratan cadangan untuk kreditur 10 hari, setelah meningkatkan suku bunga. Hal ini dilakukan untuk meredam inflasi dan risiko gelembung aset. Pembelian rumah mulai dibatasi, khususnya di Shanghai dan Guangzhou, menanggapi aturan pemerintah pusat yang bertujuan mencegah gelembung perumahan.
Bursa saham Eropa melemah mengikuti pergerakan bursa saham kawasan Asia Pasifik, kecuali Iceland dan Polandia, dipicu ketidakpastian politik di daerah-daerah penghasil minyak setelah kerusuhan sosial di Libya di akhir pekan. Akan tetapi, bursa saham Rusia tercatat naik. Dibandingkan Mesir, Libya lebih memiliki cadangan minyak yang lebih signifikan dan ada ketidakpastian pasokan. Pasar menjadi cemas dan penuh dengan ketidakpastian. Selain itu, ditambah dengan beberapa perusahaan yang mencatatkan kinerja yang kurang bagus seperti Carlsberg yang jatuh 4% setelah industri bir Denmark ini mencatatkan kejatuhan laba operasional pada Q4-10 dan
mengatakan pasar Rusia pada 2010 telah terkena cukai. Akan tetapi, masih ada berita positif lainnya dimana data kepercayaan bisnis Jerman secara tidak terduga mengalami kenaikan. Indeks ini naik menjadi 111,2 dari sebelumnya 110,3 di Januari 2011. Kenaikan ekonomi Jerman, salah 1 nya dipicu oleh masih tingginya permintaan akan barang, terutama otomotif, dari negara-negara berkembang seperti Cina yang mengalami percepatan ekonomi.
Bursa kawasan AS, khususnya Wall Street sedang libur. Sementara kawasan lain melemah seperti, Kanada, Meksiko, dan Argentina. Adanya tren kenaikan suku bunga global melemahkan US$ dan menaikkan nilai Euro. Tren kenaikan ini dipicu oleh salah satu petinggi ECB yang menyerukan kenaikan suku bunga. Akhir pekan lalu, petinggi ECB menyampaikan, bank sentral siap memperketat kebijakan seiring meningkatnya tekanan harga dan membantu memperkuat Euro. Pembelian obligasi Portugal oleh ECB juga turut mendukung penguatan Euro.
Pada perdagangan Selasa (22/2) diperkirakan IHSG akan berada pada support 3.470-3.483 dan resistance 3.515-3.534. Kenaikan lanjutan yang diharapkan terjadi pada perdagangan kemarin malah tidak terjadi karena terkena imbas berbagai sentimen negatif. Pola penurunan ini hampir sama seperti yang terjadi pada (21/12/10) dimana setelah kenaikan yang lumayan tinggi baru turun tipis selama 2 hari sebelum melanjutkan pergerakan ke atas menuju pencapaian level baru. Penurunan kemarin membawa candle membentuk pola menyerupai bearish harami cross yang mengindikasikan adanya ketidakpastian pergerakan dimana kekuatan daya beli mulai berkurang mengangkat harga. MACD masih bergerak naik dengan histogram positif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic masih mencoba menembus area overbought . Semoga ada pembalikan arah dan kalaupun melemah diharapkan bersifat terbatas karena masih terdapat ruang penguatan.
(qom/qom)