Meraba Gerak IHSG Pekan Ini

Weekly Review

Meraba Gerak IHSG Pekan Ini

- detikFinance
Senin, 18 Jul 2011 07:39 WIB
Meraba Gerak IHSG Pekan Ini
Jakarta - Akhir minggu lalu IHSG berada di posisi 4.023,35 atau menguat 19,65 poin (0,49%) bila dibandingkan dengan penutupan akhir minggu sebelumnya. Akan tetapi, indeks Lq-45 malah tercatat turun 3,21 poin (0,45%).

Dari pergerakan indeks sektoral terlihat mayoritas mengalami kenaikan, kecuali indeks infrastruktur, pertambangan, perdagangan, dan perkebunan. Adapun penguatan paling besar di alami oleh indeks aneka industri dan diikuti oleh indeks manufaktur dan indeks keuangan. Sementara itu, dari pergerakan harga kontrak komoditas terlihat bergerak menguat kecuali batubara.

IHSG sempat mengalami pelemahan setelah menyentuh rekor terbarunya di akhir pekan 2 minggu lalu pada 8 Juli 2011 di level tertinggi 4.005,69 dan level penutupan sebesar 4.003,69. Selain itu, kenaikan tidak terduga inflasi China dan penurunan nonfarm payrolls AS turut memberikan sentimen negatif di awal pekan kemarin. Tidak hanya itu, alotnya pembahasan akan limit utang dan penghematan anggran AS serta kecemasan kondisi Eropa setelah Italia dan Spanyol yang diperkirakan juga akan meminta bail-out dan juga penurunan rating utang Irlandia juga makin memberikan gambaran suram akan pemulihan ekonomi. Tetapi, meskipun IHSG mengalami pelemahan ada hal menarik dimana sebanyak 4 saham perdana yang listing di BEI, yaitu ALDO, PTIS, SDMU, dan STAR tercatat naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelemahan IHSG tertahan oleh rilis ekonomi China yang tumbuh lebih cepat dari perkiraan di 1H11 sehingga membantu menurunkan kekhawatiran terhadap potensi risiko ekonomi, terutama sentimen negatif yang datang dari krisis utang Eropa dan masalah APBN AS. Biro statistik China merilis PDB di Q2-11 naik 9,5% dibanding tahun sebelumnya. Meski di bawah PDB Q1-11 sebesar 9,7% namun, lebih tinggi dari perkiraan di 9,3%.

Investor juga berekspektasi tekanan inflasi di China juga berkurang sehingg memungkinkan PBOC untuk mengurangi langkah pengetatan moneter lebih lanjut. Produksi industri (YoY) naik menjadi 15,1% pada Juni, tertinggi sejak Mei 2010. Penjualan ritel pun juga naik menjadi 17,7%. Investor juga merespon positif saran IMF terhadap Italia agar terus berhemat dengan melakukan rasionalisasi belanja guna mengurangi defisit anggarannya.

Sepekan ke depan, pandangan kami hampir sama seperti minggu lalu dimana pasar masih dimungkinkan bergerak menguat meski terbatas. IHSG kembali menyentuh level tertingginya sehingga seperti biasa akan terjadi aksi profit taking setelah menyentuh rekor terbarunya. Penguatan IHSG yang terjadi masih membuat posisinya di atas area overbought sehingga dimungkinkan bisa mengalami pelemahan atau terjadi koreksi. Bila terjadi pelemahan, investor bisa koreksi sementara sambil menunggu momen pada saat pembalikan arah kembali.

Diperkirakan IHSG pekan depan akan bergerak pada rentang support 3.894-3.959 dan resistance 4.056-4.089. Candle telah membentuk pola three white soldier yang diakhiri dengan hammer di posisi atas sehingga menandakan penguatan telah terbatas. Data-data ekonomi yang nantinya akan keluar diantaranya House Price Index (MoM) Inggris; Housing Market Index AS; Business Confidence Aussie; Economic Sentiment Eropa; Housing Start & Building Permits AS; PPI (MoM) Jerman; Consumer Confidence Eropa; Existing Home Sales AS; Manufacturing PMI Eropa, Retail Sales Inggris, dan initial jobless claims serta Consumer Confidence Index AS.

Harga Obligasi

Pergerakan harga obligasi pada pekan kemarin sempat melemah di awal pekan seiring pelemahan di pasar saham setelah menyentuh rekor terbarunya. Selain itu, sentimen negatif datang dari AS dimana pasar terlihat khawatir karena tidak ada sinyal titik temu atas pembahasan mengenai limit utang dari level saat ini (US$ 14,3 triliun) dan penghematan anggaran di tingkat parlemen. Dari Eropa, muncul kecemasan terhadap kemampuan negara-negara Eropa membayar utangnya. Apalagi dikabarkan ECB berencana mencari bantuan pendanaan bagi Italia. Akibatnya yield obligasi Italia melonjak tajam sehingga mempengaruhi perdagangan obligasi dalam negeri. Sentimen ditetapkannya level BI rate di angka 6,75% telah direspon pasar sebelumnya sehingga tidak terlalu signifikan mempengaruhi.

Akan tetapi, pasar obligasi bisa kembali rebound setelah dirilis kenaikan GDP, penjualan ritel, dan industrial production China di atas perkiraan meskipun diiringi pemangkasan utang Irlandia oleh Moody’s. Selain itu, respon investor terhadap ketidakjelasan kondisi AS-dimana Moody’s dan Fitch yang berencana men-downgrade ekonomi AS-membuat peralihan dana ke emerging market. Pada obligasi Pemerintah seri FR0054 menjadi teraktif di perdagangkan. Sementara pada korporasi antara lain, yaitu MEDC02A, TRAC02C, dan BDKI02SB. Lelang SBSN pada pekan kemarin tidak ada seri yang dimenangkan.

Selama sepekan, perdagangan obligasi masih akan mixed dengan kecenderungan menguat terbatas. Kondisi yang belum jelas membuat investor lebih memilih wait and see. Diperkirakan investor akan lebih banyak memilih Obligasi dengan tenor pendek. Pada obligasi korporasi, dimungkinkan obligasi ber time to maturity (TTM) pendek dan memiliki rating tinggi akan menjadi pilihan pada perdagangan sepekan ke depan.

(qom/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads