Indosurya: Waspadai Profit Taking IHSG

Indosurya: Waspadai Profit Taking IHSG

- detikFinance
Rabu, 12 Okt 2011 08:31 WIB
Jakarta - IHSG menguat 80,67 poin (2,34%) di level 3.531,75. Total volume perdagangan BEI mencapai 6,17 triliun unit saham dengan nilai total Rp 4,77 triliun. Sebanyak 217 saham naik, 30 saham turun, dan 71 saham stagnan. LQ-45 naik 2,80% ke level 622,90 dan Jakarta Islamic Index (JII) naik 2,82% ke level 487,04.

Indeks sektoral saham bergerak naik dengan penguatan yang diawali pada indeks pertambangan yang naik 3,61% ke level 2.452,75; indeks industri dasar naik 3,43% ke level 356,19; indeks keuangan naik 2,75% ke level 42,44; indeks aneka industri naik 2,63% ke level 1.173,70; indeks properti naik 2,35% ke level 202,51; indeks manufaktur naik 2,09% ke level 892,19; indeks perdagangan naik 1,72% ke level 492,35; indeks infrastruktur naik 1,70% ke level 671,50; indeks perkebunan naik 0,94% ke level 1.878,74; dan indeks konsumer naik 0,85% ke level 1.209,07. Indeks MBX, DBX, dan ISSI menguat. IHSG mengalami net foreign buy sebesar Rp 591,4 miliar dengan total pembelian asing Rp 1,69 triliun dan total penjualan asing mencapai Rp 1,10 triliun.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Multi Bintang Indonesia (MLBI) naik Rp 2.100 ke Rp 325.100; Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik Rp 1.800 ke Rp 39.600; Astra International (ASII) naik Rp 1.750 ke Rp 65.900; Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) naik Rp 1.250 ke 15.100; Indomobil Sukses Internasional (IMAS) naik Rp 850 ke level Rp 11.350; Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) naik Rp 700 ke level Rp 13.600; United Tractors (UNTR) naik Rp 750 ke level Rp 21.500; H.M Sampoerna (HMSP) naik Rp 550 ke level Rp 30.650; dan Mayora Indah (MYOR) naik Rp 550 ke level Rp 13.550.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IHSG masih melanjutkan penguatannya seiring dengan penguatan mayoritas bursa saham regional yang merespon positif langkah Jerman dan Perancis untuk merumuskan kebijakan mengurangi dampak krisis utang Uni Eropa, meskipun mereka belum mengemukakan secara detil rumusan kebijakan tersebut. Secara tak terduga, BI merilis penurunan BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,5%. Menjelang pengumuman ini, IHSG cenderung bergerak flat. Penurunan BI Rate secara umum mempunyai efek positif karena suku bunga yang rendah akan mendorong perekonomian dan perbankan yang akan diuntungkan oleh kondisi ini. Laju IHSG sedikit tertahan akibat aksi profit taking di saham-saham yang sudah menguat di awal sesi I. Tetapi, aksi beli masih tinggi sehingga indeks bertahan di area hijau. Kondisi bursa saham domestik yang naik selama 2 hari kemarin memberikan sentimen positif bagi saham perdana PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dan saham PT SMR Utama Tbk (SMRU) yang masing-masing naik Rp 250 dan Rp 50 di hari pertama pencatatan. Adanya wacana reshuffle kabinet tidak terlalu mempengaruhi pasar.

Selama perdagangan, IHSG sempat menembus level 3.563,41 (level tertingginya) menjelang akhir sesi 1 dan juga sempat menyentuh level 3.451,63 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan akhirnya berhasil bertengger di level 3.531,75. Volume perdagangan dan nilai total transaksi tercatat naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan nilai transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell .

Pergerakan nilai tukar Rupiah/US$ berdasarkan kurs BI di level Rp 8.940/US$ dari sebelumnya di Rp 8.955/US$ dipicu imbas positif penguatan di pasar saham. Tetapi, Rupiah sempat melemah setelah BI rate diturunkan 25 bps ke level 6,50% yang dinilai cukup mengejutkan bagi pelaku pasar. Sebelumnya, pada saat BI berencana melonggarkan moneter di bulan lalu, Rupiah sudah melemah ke atas Rp 9.000/US$ sehingga pasar melihat, tak seharunya BI memangkas BI Rate. Dampak dari penurunan ini diperkirakan akan memicu pelemahan Rupiah dalam beberapa hari ke depan. Meski pemangkasan ini dapat menjaga keberlangsungan pemulihan ekonomi Indonesia, tetap saja mengurangi daya tarik investasi pada aset-aset keuangan dalam jangka pendek. Sekalipun, suku bunga acuan Indonesia masih lebih tinggi dari suku bunga negara manapun termasuk Australia yang menaikkan suku bunganya ke 4,75% namun, hal ini bisa mengurangi ekspektasi return di pasar uang terutama aliran dana jangka pendek. Dari Uni Eropa, pasar ingin memastikan apakah European Financial Stability Facility (EFSF) dapat lolos dari voting parlemen Slovakia setelah terakhir Malta meratifikasinya. Bahkan, ada wacana pelengseran Perdana Menteri Slovakia karena dinilai gagal menjaga ketahanan ekonomi negara itu.

Bursa saham Asia Pasifik bergerak menguat kecuali China, Pakistan, dan Sri Lanka yang dipicu atas ekspektasi positif pelaku pasar terhadap kelanjutan dari penanganan krisis utang di zona Euro. Selain itu, penguatan juga dipicu naiknya saham perbankan China setelah perusahaan investasi milik negara membeli mayoritas saham perbankan. Pelaku pasar menyimpan harapan jika paket bank Eropa yang komprehensif diumumkan, kerusakan ekonomi riil akan berkurang dari saat ini dan Itu akan menjadi berita baik bagi pertumbuhan global serta permintaan komoditas. Dilaporkan Bank of China melonjak 7,7% di Hong Kong, setelah Central Huijin Investment Ltd mulai membeli saham dari 4 bank negara terbesar, menyusul penurunan penilaian di bawah level yang dicapai selama krisis keuangan global. Agricultural Bank of China Ltd melonjak 13%. Industrial and Commercial Bank of China Ltd naik 6,7% dan China Construction Bank Corp rally 5,8%. Dari Asia Pasifik dirilis laporan ekonomi, yaitu NAB Business Confidence Aussie di level -2 dari sebelumnya -9; industrial production (YoY) Malaysia di level 3% dari sebelumnya -0,5%; Household Confidence Jepang di level 38,6 dari sebelumnya 37; dan Economy Watchers Current Index Jepang di level 45,3 dari sebelumnya 47,3.

Bursa saham Eropa ditutup melemah kecuali Jerman, Swiss, dan Finlandia yang dipicu penolakan Slovakia terhadap perpanjangan dana bailout Eropa. Di awal perdangan, pasar bertindak hati- hati menjelang pemungutan suara di Slovakia untuk memperpanjang dana bailout Eropa. Bursa saham Eropa telah mengalami reli 4 hari dengan optimisme pasar karena para pembuat kebijakan telah sepakat dalam mengatasi utang. Seluruh sektor mengalami pelemahan terutama sektor pertambangan dan otomotif. Keputusan Slovakia ini bisa mendorong situasi genting kalau tidak berjalan dengan baik. Slovakia adalah negara terakhir dari 17 negara yang belum memberikan suara pada kesepakatan bailout bulan Juli lalu. Data ekonomi yang dirilis diantaranya CPI (YoY) Spanyol di level 3,1% dari sebelumnya 3; Industrial Production (MoM) Inggris di level 0,2% dari sebelumnya -0,4%; dan Manufacturing Production (MoM) Inggris di level -0,3% dari sebelumnya -0,2%. Bursa kawasan Amerika menguat kecuali Peru, Columbia, indeks DJIA, dan NYSE Composite Index. Investor mulai memfokuskan untuk melihat kinerja perusahaan yang tercatat di bursa saham AS. Di awal sesi, bursa saham AS sempat melemah yang didorong dari reaksi investor terhadap berita zona Eropa terkait pemungutan suara oleh Slovakia untuk perpanjangan bailout Uni Eropa. Investor menginginkan melihat bahwa kinerja perusahaan dan saham melanjutkan penguatan atau tidak. Data ekonomi yang dirilis diantaranya NFIB Small
Business Optimism di level 88,9 dari sebelumnya 88,1; Economic Optimism di level 40,3 dari sebelumnya 39,9; dan Housing Start Kanada di level 206 ribu dari sebelumnya 192 ribu.

Pada perdagangan Rabu (12/10) diperkirakan IHSG akan berada pada support 3.404-3.467 dan resistance 3.579-3.627. IHSG sedikit menyentuh middle bollinger bands. MACD melanjutkan kenaikannya setelah mengkonfirmasi pembentukan golden cross dengan histogram positif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic masih bergerak naik namun, tertahan untuk mendekati area overbought. Penguatan yang terjadi kemarin didukung oleh volume perdagangan yang juga mengalami kenaikan serta memperlihatkan besarnya buying power yang ada. Meski IHSG masih dimungkinkan memiliki ruang untuk kenaikan namun, tetap waspada akan adanya aksi profit taking yang biasanya dimanfaatkan setelah terjadinya kenaikan .

(qom/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads