Kiwoom Securities: Wall Street Memberi Tekanan

Kiwoom Securities: Wall Street Memberi Tekanan

Kiwoom Securities - detikFinance
Selasa, 10 Nov 2015 08:42 WIB
Kiwoom Securities: Wall Street Memberi Tekanan
Jakarta - Negatifnya Dow Jones serta bursa dunia dapat kembali memberikan tekanan. IHSG terkoreksi dengan penutupan di dekat level psikologis 4,500 kemarin. Penembusan pada level psikologis ini serta adanya pola long black candle dapat kembali membuka tren yang negatif. Maka, kami memperkirakan IHSG akan melanjutkan tren pelemahan hari ini.

 

Cigarette Sector - Cukai rokok 2016

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan resmi menerbitkan tarif cukai rokok 2016 dengan target perolehan mencapai Rp 139 Triliun. Total penerimaan Negara dari cukai diperkirakan mencapai Rp 146.4 Triliun. Rata-rata kenaikan cukai rokok tahun depan mencapai 11.2% dimana segmen rokok sigaret putih mesin (SPM) mengalami kenaikan tertinggi sebesar 16.5%. Segmen sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) mengalami kenaikan antra 0% hingga 12% tahun depan. Persentase kenaikan cukai 2016 paling rendah berada pada segmen SKT karena sektor tersebut banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan segmen SKM dan SPM.

 

INTP - Belanja modal 2016

PT Indocement Tunggal (INTP) mengalokasikan belanja modal tahun depan senilai Rp 2-3 Triliun, turun dibandingkan belanja modal tahun lalu sebesar Rp 4 Triliun. Penurunan alokasi belanja modal dilakukan seiring penurunan produksi semen karena masih rendahnya permintaan pasar. Belanja modal akan dialokasikan untuk kebutuhan operasional dan sebagian kecil untuk ekspansi pembangunan pabrik baru. Saat ini proyek pabrik semen perseroan di Pati masih dalam proses perizinan.

 

LPKR - Rencana penjualan aset

PT Lippo Karawaci (LPKR) berencana menjual tiga aset senilai Rp 2.2 Triliun ke real estate investment trust (REIT) di Singapura. Dua aset tersebut merupakan hotel yang terletak di Bali dan Yogyakarta. Keduanya akan dijual ke LMIRT Trust Management Ltd senilai Rp 1.5 Triliun. LPKR menjual aset tersebut ke REIT Singapura untuk mengejar target marketing sales tahun 2015 senilai Rp 5.5 Triliun. Selain kedua aset LPKR juga tengah menjajaki penjualan aset rumah sakit di Yogyakarta senilai Rp 600 Miliar ke First REIT. Rencana ini masih dalam tahap negosiasi sehingga tidak masuk dalam target marketing sales tahun 2015.

 

MEDC- Refinancing utang

PT Medco Energi International (MEDC) akan melunasi utang jatuh tempo perseroan senilai US$ 260 Juta tahun depan. Perseroan telah mendapatkan setengah kebutuhan refinancing senilai US$ 130 Juta dari PT Bank Negara Indonesia (BBNI) tahun ini. Selain itu, tahun depan perseroan akan fokus mengembangkan Blok A di Aceh dengan investasi sebesar US$ 150 Juta dalam dua tahun.

 

MYRX - Rencana non-preemptive rights

PT Hanson International (MYRX) berencana menerbitkan maksimum 10% saham baru (1.53 miliar lembar saham) tanpa HMETD (non-preemptive rights)dengan harga penawaran Rp 700 per lembar. Salah satu pemegang saham lama perusahaan, Bp. Benny Tjokrosaputro, akan menyerap saham baru tersebut. Seluruh dana hasil non-preemptive rights akan dialokasikan untuk menambah modal anak perusahaan, PT Mandiri Mega Jaya yang akan digunakan untuk mendukung belanja modal serta perluasan usaha di bidang properti.

 

PTBA - Rencana ekspor listrik ke ASEAN

PT Bukit Asam (PTBA) berencana mengekspor listrik ke kawasan ASEAN melalui pembangunan PLTU berkapasitas 800 MW hingga 1,200 MW di Riau senilai US$ 1.8 Miliar hingga US$ 2.2 Miliar. PTBA sudah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PLN dan perusahaan listrik asal Malaysia; Tenaga Nasional Berhad (TNB). Untuk tahap awal hasil listrik akan dijual ke Malaysia. Ekspor listrik ini akan menyambung ke jaringan listrik negara-negara ASEAN lain. PTBA tengah melakukan studi kelayakan untuk menentukan besaran listrik yang akan diekspor. Sekitar 25%-30% dari total investasi PLTU akan menggunakan ekuitas dari tiga perusahaan dan sisanya dari pendanaan eksternal.

 

UNTR - Belanja modal

PT United Tractors (UNTR) menganggarkan belanja modal antara US$ 200 Juta hingga US$ 250 Juta atau sekitar Rp 3 Triliun untuk tahun 2016. Nilai belanja modal tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan belanja modal tahun ini senilai Rp 2.5 Triliun hingga Rp 2.8 Triliun. Belanja modal UNTR tahun depan berasal dari kas internal dan akan digunakan untuk ekspansi dan pengembangan dari empat bisnis utama: mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batubara, dan industri konstruksi.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads