Rencana Penurunan PPh Dorong Kenaikan IHSG

Rencana Penurunan PPh Dorong Kenaikan IHSG

Ellen May - detikFinance
Kamis, 18 Agu 2016 08:08 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Bursa Amerika pada hari Selasa waktu setempat bergerak melemah. Indeks Dow Jones ditutup pada level 18.505,32 atau melemah 46,70 poin (-0,25%). Sama halnya dengan Indeks S&P yang melemah 4,84 poin (-0,22%) di level 2.173,31.

Pelemahan tersebut terjadi karena adanya pertemuan The Fed Juli akan diumumkan pada pukul 02.00 siang waktu setempat. Saat ini, pelaku pasar tengah mencari tanda-tanda dan petunjuk tentang kapan kenaikan suku bunga berikutnya akan dilakukan, khususnya setelah komentar hawkish para petinggi The Fed.

Setelah notulensi rapat anggota The Fed rilis, pada hari Rabu waktu setempat bursa Amerika ditutup menghijau. Indeks Dow Jonea ditutup pada level 18.573,94 atau menguat 21,92 poin (+0,12%). Begitu juga dengan Indeks S&P yang menguat 4,07 poin (+0,19%) di level 2.182,22.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam notulensi tersebut menyatakan bahwa sejumlah anggota the Fed menilai kenaikan suku bunga dibutuhkan secepatnya.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bergerak menghijau di tutup pada level 5.371,85 atau menguat 51,28 poin (+0,96%). Dengan sektor yang menguat terbesar adalah sektor industri dasar dengan penguatan sebesar 2,15%.

Investor asing juga melakukan pembelian bersih sebanyak Rp 577,73 miliar dengan sektor yang paling banyak diminati oleh asing adalah sektor perbankan dengan nilai Rp 477,31 miliar.

Penguatan ini didorong oleh penurunan pajak PPh dan neraca perdagangan yang dilaporkan surplus.

Saya melihat, hari ini saham-saham perbankan seperti BMRI, BBTN, BNGA, BNII, BBNI, berpotensi untuk mengalami teknikal rebound. Demikian pula saham-saham di sektor properti seperti BSDE, CTRA, CTRS, MDLN. Namun, saya juga melihat bahwa rebound tersebut bersifat sementara, dan masih ada potensi untuk koreksi lanjutan dikarenakan pasar sudah mengalami jenuh beli sejak menguat beberapa bulan yang lalu.

Beberapa saham yang direkomendasikan pada 12-16 Agustus 2016 melalui Premium Hot List, terutama saham-saham lapis 2 dan 3 seperti KAEF dan IMJS sudah menguat mencapai target jangka pendeknya. IMJS pada perdagangan hari Selasa 16 Agustus menguat 24%. Jika Anda sudah punya boleh hold dan tetap waspadai volatilitas & likuiditasnya. Meski masih berpotensi menguat, sebaiknya jangan dikejar jika Anda belum punya.

Bank Indonesia pada tanggal 15 Agustus 2016 kemarin melaporkan surplus dari neraca perdagangan periode juli.

Adakah hubungannya terhadap pasar modal Indonesia? Apa itu neraca perdagangan?

Neraca perdagangan merupakan catatan perdagangan berupa ekspor dan impor pada periode tertentu. Neraca perdagangan dikatakan surplus jika nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impor.

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli tercatat surplus US$ 0,60 miliar, terutama didukung oleh surplus perdagangan nonmigas.

Meski terjadi surplus, surplus ini tercatat lebih rendah jika dibandingkan Juni 2016 yang sebesar US$ 0,88 miliar dolar AS. Penurunan tersebut didorong oleh menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas.

Neraca perdagangan nonmigas pada Juli 2016 mencatat surplus sebesar US$ 1,07 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Juni 2016 yang sebesar US$ 1,46 miliar.

Menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor nonmigas (US$ 3,27 miliar ) melebihi penurunan impor nonmigas (US$ 2,88 miliar).

Penurunan ekspor tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor mesin dan peralatan listrik, perhiasan dan permata, mesin dan pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, serta bijih, kerak, dan abu logam.

Sedangkan, penurunan impor nonmigas disebabkan oleh turunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta bahan kimia organik.

Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas turun dari US$ 0,58 miliar pada Juni 2016 menjadi US$ 0,48 miliar pada Juli 2016. Penurunan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor migas sebesar US$ 0,30 miliar, terutama impor hasil minyak sebesar US$ 0,31 miliar dan gas alam sebesar US$ 0,02 miliar, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor migas sebesar US$ 0,19 miliar.

Data tersebut mencatatkan bahwa ekspor lebih besar dibandingkan dengan impor. Yang mencatatkan pelemahan adalah sektor nonmigas ini berarti sektor migas positif. Apa gunanya surplus perdagangan tersebut ?

Surplus neraca perdagangan tersebut biasanya digunakan untuk membayar utang keluar negeri atau memperoleh aset tambahan dari luar negeri.

Kondisi ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Dengan menyikapi sentimen positif Indonesia investor baik asing dan lokal mulai masuk kedalam pasar saham Indonesia sehingga membuat IHSG menguat.

Adakah pengaruhnya terhadap harga saham?

Perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspor keluar negeri secara langsung juga mencatatkan peningkatan pendapatannya. Jika pendapatan meningkat akan menghasilkan peningkatan juga terhdap laba bersih perusahaan.

Apalagi jika pemerintah merealisasikan penurunan tarif PPh, laba yang dihasilkan oleh perusahaan ini jauh akan meningkat.

Dan seperti yang sudah sering saya bahas, peningkatan laba perusahaan ini akan berpengaruh juga terhadap harga saham perusahaan. Sehingga membuat pelaku pasar tidak ragu untuk melakukan transaksi di pasar saham Indonesia.

Nah demikian #kopipagi hari ini 18 Agustus 2016, pasti bermanfaat!

Salam Profit,

Ellen May (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads