Tidak hanya indeks Dow Jones, harga sejumlah komoditas pun melemah. Mengapa ya?
Presiden The Fed negara bagian Boston, Eric Rosengren menyebut The Fed sudah semakin dekat dengan kenaikan suku bunga sehingga membuat harga komoditas terpukul, salah satunya timah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana perdagangan saham hari ini?
Bursa Amerika bergerak melemah kemarin. Indeks Dow Jones ditutup pada level 18,066.75 atau melemah 258.32 poin (--1.41%).
Pelemahan itu terjadi karena harga minyak turun -2.35% ke level US$ 45.20 per barel.
Pasar juga masih menanti hasil pertemuan The Federal Reserve yang akan berlangsung pekan depan.
Di Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 66.35 poin (-1.26%) di level 5,215.57. Sektor yang menjadi pemberat IHSG terbesar adalah
Sektor pertambangan (-4.0%)
Sektor aneka industri (-3.07%)
IHSG masih berpeluang melemah menguji area suport 5150.
Saat ini saya sedang tidak merekomendasikan untuk membeli saham apa pun. Terkadang strategi terbaik untuk trading saham adalah dengan menunggu momen terbaik dan tidak melakukan apa pun.
Jika ada peluang untuk trading jangka pendek, saya akan berikan Key Action Strategies melalui Realtime Call to Action pada Telegram Channel.
Ngomong-ngomong soal sektor pertambangan, pernyataan Presiden The Fed negara bagian Boston Eric Rosengren yang menyebut The Fed sudah semakin dekat dengan kenaikan suku bunga membuat harga komoditas terpukul, salah satunya timah.
Ada apa ya?
Mengutip Bloomberg, Jumat (9/9) kontrak harga timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 1,40% jadi US$ 19.300 per metrik ton. Sepekan terakhir, timah melemah 0,12%.
Padahal fundamental dari timah ini justru sedang mendukung kenaikan harga. Apa alasannya?
Membaiknya fundamental timah terjadi akibat menurunnya ekspor dari Indonesia dan naiknya permintaan China dapat membuat harga mencapai level US$20.000 per ton pada sisa tahun 2016.
Pada penutupan perdagangan Selasa (6/9) harga timah di bursa London Metal Exchange (LME) naik 0,28% atau 55 poin menjadi US$19.450 per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga timah sudah meningkat 33,63% dan mencapai level tertinggi sejak Januari 2015.
Beberapa faktor yang menguatkan harga timah:
Pertama, isu lingkungan membuat China membatasi ekspansi smelter timah hingga 70.000 ton per tahun, atau 45% dari total kapasitas, karena masih dalam periode pemeriksaan.
Kedua, stok pasokan timah yang semakin ketat di pasar. PT Timah (persero) Tbk. dan Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) memperkirakan ekspor timah Indonesia pada 2016 sekitar 60.000-66.000 ton. Angka ini jatuh dari pencapaian pada 2013, 2014, dan 2015 yang masing-masing berkontribusi 91.600 ton, 80.000 ton, serta 70.000 ton.
Alasannya, pemerintah sedang mengetatkan izin ekspor terkait dengan penambangan ilegal dan isu lingkungan.
Harga meningkat seiring dengan menurunnya pengiriman dari Indonesia, sebagai eksportir terbesar kedua di dunia. Indonesia harus memiliki peran yang strategis untuk bisa berkontribusi dalam proses pembentukan harga timah dunia. Dengan demikian, industri timah Indonesia dapat lebih maju dan menjadi pemimpin di dunia.
Masalah ini akan dibahas dalam diskusi di ajang Indonesia Tin Conference & Exhibition (ITCE) yang dilaksanakan oleh Indonesian Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) di Bali pada 18-20 Septermber.
Secara teknikal saham timah ANTM dan TINS kemarin breakdown support. Sedangkan SMRU dan INCO ada poteksi alami teknikal rebound.
Salam Profit,
Ellen May (ang/ang)











































