.webp)
Pada perdagangan kemarin, sektor batu bara mengalami koreksi. Secara teknikal, beberapa saham batu bara seperti PTBA dan INCO sedang menguji resisten kuat. Apa yang menyebabkan koreksi tersebut?
Sebelum saya bahas tentang sektor batu bara, kita simak dulu bagaimana perdagangan saham di Amerika kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,09% di level 5.277.
Hari ini saya lihat IHSG masih akan uji resisten 5.300. Dekati area tersebut mulai waspadai profit taking jangka pendek untuk saham berkapitalisasi besar.
Ada apa dengan sektor Batu bara?
Harga batu bara alami pelemahan. Pelemahan ini terjadi seiring dengan pemberitaan rekomendasi pemerintah India untuk mendorong produksi batu bara lokalnya.
Pemerintah menginginkan produksi batu bara Coal India meningkat menjadi 1 miliar ton per tahun sebelum 2020 dari sekitar 539 juta ton pada tahun fiskal yang berakhir di Maret. India direncanakan memproduksi 1,5 miliar ton per tahun sebelum 2020.
Bagaimana dengan kondisi minyak dunia?
Seperti dilansir Reuters kemarin, produksi minyak mentah naik di hampir setiap wilayah ekspor utama meski OPEC dan Rusia berencana memangkas produksi. Hal ini memicu kekhawatiran akan berlanjutnya kelebihan bahan bakar hingga 2017 yang telah menghantui pasar selama lebih dari dua tahun.
Sementara itu, Rusia melaporkan produksi minyak harian rata-rata sebesar 11,21 juta bph untuk November, ini merupakan level tertinggi dalam hampir 30 tahun.
Artinya, OPEC dan Rusia sendiri telah memproduksi hampir separuh jumlah permintaan minyak global, yang melampaui 95 juta bph.
Sentimen harga minyak dunia dan harga batu bara tersebut saya lihat akan membuat sektor energi dan mining hari ini konsolidasi.
Apa potensi dalam jangka pendek?
Saya melihat beberapa saham perbankan berkapitalisasi kecil justru memulai debutnya, seperti BBTN dan BJTM.
Salam profit,
Ellen May (drk/drk)
