Perdagangan di bursa pada hari ini menjadi penutup perdagangan pekan ini, yaitu pekan pertama di tahun 2017.
Menyambut hari Jumat pertama di tahun ini, meski bursa Amerika/Indeks Dow Jones melemah 0,21 %, EIDO / ETF Indonesia, justru malah menguat 1,35%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2017 ini saya mencermati sektor konstruksi dan properti. Demikian pula dengan sektor pertambangan yang sempat beristirahat sejak kuartal terakhir tahun 2016.
Beberapa sentimen yang dapat mempengaruhi perdagangan hari ini adalah akan dirilisnya data Indeks Kepercayaan Konsumen (CPI) Indonesia dan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).
Mengapa dolar AS melemah?
China sebagai negara yang terus menjadi sasaran utama kebijakan Trump selama ini ternyata tak tinggal diam.
Dalam usahanya untuk mengurangi aliran dana asing yang terus keluar/capital outflow, China mengeluarkan kebijakan bagi perusahaan dalam negeri.
Dalam kebijakan tersebut, perusahaan-perusahaan dalam negeri didorong untuk menjual seluruh mata uang asing yang dimilikinya. Alhasil dolar AS mulai tertekan dan mengalami penurunan paling signifikan pada 3 pekan terakhir.
Dolar AS tercatat mengalami penurunan sebesar -0,5% pada level Rp 13.368. Tekanan pada dolar AS, menjadi kesempatan bagi rupiah untuk mengalami penguatan. Potensi penguatan nilai tukar rupiah dapat menjadi sentimen positif bagi IHSG di hari ini.
Mengapa rilis data indeks kepercayaan konsumen ini begitu penting?
Indeks Kepercayaan Konsumen atau yang sering disebut dengan CPI ini adalah tolak ukur pertama atas apa yang sedang dialami masyarakat tentang perekonomian di negaranya dan juga menjadi salah satu tolok ukur inflasi.
Indeks ini mengukur berbagai macam indikator contohnya adalah mengukur tingkat kesehatan keuangan serta potensi konsumsi.
Apa saja pengaruhnya?
Data yang disediakan indeks ini menjadi salah satu tolak ukur akan kesehatan ekonomi dan bisnis dalam sebuah negara. Secara makro, indeks konsumer akan jadi indikator ekonomi dari negara yang bersangkutan.
Indeks ini menjadi determinasi apakah perekonomian sedang berada dalam kondisi stabil, baik, ataupun resesi.
Pada bulan November, indeks tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan masyarakat dalam negeri merasa pesimistis akan kondisi ekonomi dan pendapatan ke depan. Pada rilis data hari ini juga diperkirakan adanya pelemahan.
Kondisi ekonomi yang semakin melemah akan membuat pemerintah menaikkan yield surat utang negara agar tidak kalah saing dengan perbankan dan tetap menarik bagi investor.
Sekarang yield obligasi Indonesia menjadi yang paling tinggi se-ASEAN. Tingkat yield membuat investor akan lebih memilih obligasi dibandingkan saham dan produk perbankan.
Saat ini yield obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 7,84%. Ini melampaui yield obligasi bertenor sama milik pemerintah Malaysia yang tercatat 4,22%, Filipina 5,07%, Singapura 2,55%, Thailand 2,65%, serta Vietnam 6,5%. Hal ini akan menjadi sentimen negatif bagi pergerakan harga saham.
Salam profit,
Ellen May (drk/drk)











































