Pekan kemarin, IHSG ditutup melemah 0,5% ke posisi 5.350,93 yang pelemahannya didorong oleh hampir seluruh sektor di Indonesia, kecuali sektor mining. Pelemahan IHSG ini terjadi sebagai akibat dari implementeasi kebijakan Trump terkait pemotongan pajak yang menyebabkan aksi profit-taking dari kalangan para trader. Selain itu, sifat The Fed yang hawkish terhadap kenaikan suku bunga juga turut memberi tekanan terhadap IHSG. Sementara itu, Dow Jones kembali mengalami penguatan tipis dengan penguatan sebesar 0,02% ke level 20,624.05. Level ini merupakan level tertinggi baru untuk Dow Jones itu sendiri.
Berbagai hal terjadi dan memberikan sentimen negatif dan positif terhadap perdagangan nikel. Apa saja efek-efek tersebut? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,3% ke level US$ 11.070 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak 12 Desember 2016. Dalam sepekan terakhir, nikel melambung hingga 7,7%. Kenaikan ini merupakan pengaruh dari kebijakan Filipina selaku produsen terbesar tambang nikel di dunia, yang dapat mempengaruhi pergerakan nikel dalam tren positif baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebelumnya, Indonesia sempat mengeluarkan kebijakan relaksasi komoditas nikel melihat kenaikan harga nikel di pasar global yang kian cepat. Namun, ternyata hal tersebut masih belum cukup untuk menurunkan harga komoditas nikel tersebut. Pekan ini pemerintah Filipina memerintahkan pembatalan 75 produksi mineral termasuk bijih nikel. Pembatalan dilakukan setelah pemerintah menutup 28 dari total 41 tambang di negara tersebut.
Selain kebijakan dari Filipina tersebut, berkurangnya pasokan bijih nikel membuat produksi nikel China masih terus menurun. Hal ini akibat dari upaya pemerintah China untuk memperbaiki sektor komoditas dengan cara melakukan pengawasan dan pemangkasan terhadap perdagangan komoditas. Hingga saat ini, China sudah mengurangi produksi nikelnya hingga 50%. Jika upaya penutupan tambang Filipina terus berlangsung, maka harga nikel diprediksi bisa menyentuh US$ 13.000 per metrik ton hingga akhir kuartal pertama.
Mahalnya harga nikel tersebut tentunya merupakan sentimen positif untuk beberapa perusahaan yang memiliki sektor usaha di bidang ekspor nikel, terutama INCO yang kegiatan utamanya ialah memproduksi dan menjual nikel tersebut ke negara lain (ekspor). (wdl/wdl)











































