Antara Grup Bakrie, ENRG, dan Reverse Stock Split

Antara Grup Bakrie, ENRG, dan Reverse Stock Split

Ellen May - detikFinance
Rabu, 22 Feb 2017 08:56 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Banyak sekali yang bertanya kepada saya, terkait pelemahan yang terjadi secara serentak pada saham-saham Bakrie. Rata-rata semuanya menanyakan, 'Apakah saham BUMI dan afiliasinya masih bisa naik?'

Koreksi tajam terhadap saham-saham Bakrie banyak membuat para trader khawatir. Dan seperti yang sudah kita antisipasi sebelumnya dalam Premium Access, bahwa jika Anda beli saham Bakrie, harus siap hadapi fluktuasinya, karena harga saham-saham Bakrie akan bergerak layaknya roller coaster, dan memacu adrenalin, tiba-tiba naik tajam dan turun.

Dengan demikian, membeli saham ini artinya kita harus waspadai volatilitas, meminimalkan risiko dengan mengontrol jumlah/banyaknya saham yang dibeli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana sih perjalanan saham-saham Bakrie yang selalu menarik perhatian ini ?

Kebangkitan Saham Grup Bakrie
Seperti yang sudah kita ketahui, saham-saham dari grup Bakrie dulunya merupakan saham yang paling diminati di bursa, bahkan hampir semua saham Bakrie masuk ke dalam indeks LQ45 dan mendapat julukan sebagai saham sejuta umat waktu itu.

Namun, akibat krisis moneter serta jatuhnya harga komoditas terutama batu bara yang merupakan sektor utama grup Bakrie, serta buruknya manajemen perusahaan, akhirnya saham-saham grup Bakrie pun melemah hingga menyentuh titik terendah di bursa.

Namun, berkat kembali naiknya harga komoditas batu bara dan adanya restrukturisasi utang, yang membuat jatuh tempo utang Bakrie mundur hingga 2021, maka saham-saham group Bakrie tersebut bangun dari tidur panjangnya.

Meski jadi sentiment positif, restrukturisasi utang ini juga menyaratkan group Bakrie terutama BUMI untuk dapat meningkatkan penjualannya, dengan harga jual yang juga lebih mahal seperti yang sudah saya jelaskan di Monthly Premium Insight- February 2017.

Setelah sempat menguat 46% sampai 129% hingga level tertingginya sejak 2 bulan ini, hari ini 21 Februari 2017 saham-saham Bakrie kembali ke alamnya, dengan pelemahan 1,96% - 34,56% , masing-masing:
  • BUMI 294 (-22,63%),
  • BRMS 66 (-34,65%),
  • DEWA 52 (-27,77%),
  • ELTY 50 (-31,50%),
  • BIPI 96 (-28,88%),
  • MTFN 50 (-3,84%),
  • ENRG 50,
  • UNSP 50 (-1,96%)

Penyebab Melemahnya Saham Bakrie
Adanya restrukturisasi utang, memberi napas buatan buat BUMI dan group Bakrie lainnya. Meski demikian, group Bakrie mesti melakukan beberapa aksi korporasi seperti halnya Rights Issue dan juga Reverse Stock Split, yang menjadi sentimen negatif dan kembali mengubur saham-saham Bakrie, rata dengan lumpur.

Adanya berita beberapa anak usaha saham Bakrie akan melakukan reverse stock ternyata direspons negatif oleh pasar. Kenapa? Karena, reverse stock akan mengakibatkan terjadinya 'penyerapan' jumlah saham beredar di masyarakat, sehingga menyebabkan perdagangan saham tersebut menjadi tidak liquid, meskipun hal tersebut kemungkinan akan dapat menaikkan harga sahamnya.

Aksi reverse stock ini memang biasa dilakukan terhadap saham-saham yang sudah mengalami stagnasi atau tertidur di harga Rp 50 dalam jangka waktu lama. Akibat berita tersebut ditambah lagi dengan sentimen dari global dan domestik yang menekan IHSG, akhirnya banyak trader panik dan melakukan panic selling.

Apa itu panic selling? Panic selling ini merupakan aksi jual besar-besaran yang terjadi akibat paniknya para trader melihat harga saham yang sudah meloncat turun. Panic selling ini biasanya bersifat jangka pendek, dipengaruhi oleh fear and greed di pasar, dan membentuk fluktasi harga dalam jangka pendek.

Meski dalam jangka pendek harga saham berfluktuasi, bukan tidak mungkin harga saham tersebut kembali naik, ketika kondisi sudah kembali normal.

Apa sebenarnya Reverse Stock Split? Mengapa Reverse Stock Split berdampak negative buat harga saham?

Reverse Stock Split dan Dampaknya
Sebelum menjelaskan mengenai efek dari Reverse Stock Split (RSS) ini, saya akan terlebih dahulu memberikan pengertian secara singkat dari Reverse Stock Split dan juga Stock Split.

Stock Split (SS) merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak. Hal ini akan membuat saham yang beredar menjadi lebih banyak dan menyebabkan likuiditas sebuah saham menjadi semakin baik.

Aksi stock split ini biasanya dilakukan oleh emiten-emiten yang harga sahamnya sudah terlalu tinggi. Biasanya jika saham harganya sudah tinggi seperti GGRM, artinya saham tersebut memiliki fundamental yang baik, karena Peter Lynch mengatakan harga saham bertumbuh mengikuti earnings-nya.

Dilakukannya stock split, akan membuat harga saham tersebut semakin murah dan membuatnya semakin terjangkau oleh banyak investor.

Jadi, stock split merupakan sebuah aksi korporasi untuk membuat harga saham semakin murah, dan semakin likuid, karena jumlah saham yang beredar semakin banyak.

Sebagai contoh, saham ASII, pernah stock split 1 : 10, artinya 1 saham ASII akan menjadi 10 saham baru, dengan nilai harga juga dibagi 10. Misalnya jika harga selembar saham ASII waktu itu sekitar Rp 80.000, maka setelah stock split, 1 lembar saham itu jadi 10 lembar dengan masing-masing senilai Rp 8.000.

Jadi Stock Split tidak mengubah nilai harga.

Bagaimana dengan reverse stock split?

Jika Stock Split merupakan pemecahan harga, maka Reverse Stock Split kebalikannya, merupakan penyatuan beberapa saham menjadi 1, sehingga harga terkesan lebih mahal.

Misal dari 10 saham digabungkan menjadi 1. Jika semula harganya Rp 50, maka setelah Reverse Stock Split, 10 lembar saham senilai Rp 50 itu disatukan menjadi Rp 500 per lembarnya.

Reverse Stock Split ini biasanya dilakukan oleh saham-saham yang terlalu kecil harganya (berada di level gocap) untuk menarik minat trader membeli saham itu.

Biasanya saham-saham yang terlalu murah, memiliki fundamental yang kurang baik, sehingga walaupun setelah Reverse Stock Split harganya naik, biasanya akan turun lagi menyesuaikan kondisi yang sebenarnya, seperti fatamorgana saja.

Reverse Stock Split BNBR pada 2008
Jika dilihat secara historis sejumlah saham mengalami penurunan setelah melakukan penggabungan saham.

Hal inilah yang dikhawatirkan oleh investor, seperti yang pernah terjadi pada induk usaha Bakrie Group, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) setelah melakukan reverse stock.

BNBR melakukan reverse stock pada 6 Maret 2008, dengan skala 2:1 menjadi 13,485 miliar saham seharga Rp 680 per saham. Reverse stock ini dilakukan karena rencana BNBR melakukan akuisisi PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energy Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai Rp48,4 triliun.

Harga perdagangan saham BNBR kala itu adalah Rp 320 per lembar saham. Dengan reverse stock saham perseroan akan menjadi Rp 640 per lembarnya. Namun tidak sampai satu tahun harga saham BNBR anjlok ke level terendah di Rp 50.

Hal inilah yang membuat investor pesimistis terhadap aksi reverse stock yang akan dilakukan ke-2 anak usaha saham Bakrie pada tahun ini, sehingga mempengaruhi harga saham-saham Bakrie lainnya.

Reverse Stock Split ibarat hiburan sesaat, yang menipu mata secara kasat, seakan-akan harganya naik. Memang harganya jadi naik, kelihatan seperti harga sahamnya menjadi mahal, akan tetapi setelah itu, risiko turun lebih dalam.

Saham ENRG
Akibat terjadinya panic selling, ENRG kembali diperdagangkan di kisaran Rp 50. Hal ini tidak lepas dari aksi korporasi yang akan dilakukannya pada tahun ini, yaitu reverse stock. Berita akan terjadinya reverse stock tersebut langsung disambut negatif oleh para trader sehingga menyebabkan ENRG terperosok ke bawah.

ENRG akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta izin mengenai rencana perseroan melakukan penggabungan nominal saham atau yang disebut dengan reverse stock. ENRG berencana melakukan RUPSLB pada Senin, 23 Maret 2017.

Reverse stock ini, dilakukan sebagai syarat untuk melakukan restrukturisasi utang saham ENRG.

Berdasarkan prospektus perusahaan yang dipublikasi 14 Februari 2017, ENRG berencana melakukan reverse stock terhadap seluruh saham yang telah dikeluarkan dengan skala 8:1. Artinya delapan saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham akan menjadi satu saham dengan nilai Rp 800.

Adanya reverse stock ini tidak akan menyebabkan terjadi perubahan jumlah modal. Namun, struktur kepemilikan bisa saja berubah jika ada saham-saham odd lot yang dibeli oleh pembeli siaga (pasar sekunder). Selain itu, jumlah saham beredar (outstanding share) perseroan akan berkurang seiring dengan aksi korporasi ini.

Selain ENRG, UNSP juga berencana melakukan reverse stock dalam rangka restrukturisasi utang. UNSP ingin menggabungkan nominal sahamnya dengan rasio 10:1. Tapi rencana ini belum bisa dilakukan lantaran masih belum ditentukan kapan akan dilakukannya RUPSLB.

Prospek Saham ENRG
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan dari saham ENRG ini. Hingga kuartal III-2016, di mana ENRG masih menyisakan utang sebesar US$ 323 juta. Dengan pinjaman jangka pendek mencapai US$ 92,18 juta dan utang jangka panjang jatuh tempo setahun mencapai US$ 80,78 juta. Secara keseluruhan, total liabilitas perseroan mencapai US$ 1,2 miliar dengan aset US$ 1,5 miliar.

Sejak tahun lalu, manajemen perusahaan telah berupaya untuk melakukan pembayaran kembali pinjaman (refinancing). Pada tahun ini, perseroan tidak berniat untuk menggalang dana dari pasar modal lewat emisi obligasi. Manajemen ENRG fokus refinancing dengan menggalang dana dari bank dalam dan luar negeri. Setelah saham BUMI, kali ini saham-saham Bakrie lainnya juga akan ikut mengalami restrukturisasi utang.

ENRG sendiri berencana melakukan refinancing utang sekitar US$ 60 – US$ 100 juta yang akan masih terus berlanjut tahun ini.

Secara sektoral, ENRG sempat terdorong oleh sentiment positif penguatan harga minyak dan harga gas alam pada bulan Februari 2017. Kenaikan ini didukung dengan adanya informasi dari MDA Weather Services yang memperkirakan suhu udara di eastern Amerika akan lebih dingin hingga pertengahan Februari 2017 nanti.

Meski ada sentiment positif restrukturisasi utang, sebaiknya tetap waspada dengan saham ENRG ini karena sentimen negatif reverse stock split dan adatnya yang sangat liar. Jika Anda ingin beli sebaiknya di level terendah Rp 50 dan jangan gunakan banyak uang, sedikit saja, ngicip/ngetes.

Reverse Stock Split Saham UNSP
Pada tahun ini, group Bakrie akan melakukan aksi korporasi untuk ke-2 anak usahanya, yakni ENRG dan UNSP. Seperti yang kita ketahui, grup Bakrie sangat jarang sekali melakukan aksi korporasi untuk saham-saham di bawah naungannya. Aksi korporasi ini, menunjukkan adanya itikad baik dari pihak manajemen Bakrie untuk para pemegang saham Bakrie. Berdasarkan laporan terbaru, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. akhirnya mendapatkan restu dari pemegang saham untuk menggelar reverse stock dengan rasio 10:1 dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) ke-3.

RUPSLB ke-3 yang digelar pada Senin hari ini, dihadiri oleh 20,3% pemegang saham atau di atas dari syarat kuorum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, yakni paling sedikit 19% dari jumlah pemegang saham. Pasalnya, dua kali RUPSLB yang digelar sebelumnya tidak mencapai kuorum yang disyaratkan akibat sedikitnya jumlah pemegang saham yang menghadiri acara itu.

Dari yang hadir, 87,1% pemegang saham setuju untuk reverse stock, 12,9% tidak setuju dan abstain. RSS ini merupakan faktor penting dalam upaya perseroan melakukan restrukturisasi utang dan perbaikan fundamental, pasalnya sebelum bisa melakukan restrukturisasi utang, perusahaan harus terlebih dahulu melakukan RSS ini. Tujuannya tidak lain adalah agar beban keuangan berkurang, arus kas operasional lebih kuat, dan struktur permodalan lebih sehat.

Reverse stock emiten berkode saham UNSP ini dilakukan dengan rasio 10:1. Artinya, setiap 10 saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham akan mengalami perubahan menjadi 1 saham dengan nominal Rp 500 per saham. Perubahan nilai nominal saham dilakukan melalui penggabungan jumlah saham secara proporsional tanpa mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor.

Saham ELTY susul Reverse Stock Split?
Berhembus kabar ELTY akan susul ENRG dan UNSP untuk lakukan reverse stock split dan lakukan RUPSLB pada bulan Maret 2017. Hal ini menyeret investor masuk dalam zona pesimis, sehingga mengakibatkan harga saham Bakrie berguguran.

What to do next?
Jika Anda punya saham ini, disiplin batasi risiko jika kerugian capai 4%. Jika terlambat batasi risiko, sabar, saham yant turun tajam, biasanya akan ada pantulan yang cukup keras juga. Manfaatkan teknikal rebound untuk jualan.

Jika Anda belum punya, dan ingin merasakan roller coaster, ingat, jangan serakah, test kecil saja di level Rp 50 atau support terendah, hanya untuk tujuan belajar, dan swing trading, jual di resisten terdekat. Saham-saham liar ini lebih cocok untuk swing trading.

Jika Anda sudah dapat untung jangan serakah. Mudah untung 100 % dari saham-saham ini, mudah pula buat habisin uangnya.

Kalau saya enggak berani beli bagaimana? Tidak ada yang mengharuskan Anda untuk beli saham itu.

So, just be wise. Control risk, dengan membatasi jumlah pembelian saham.

No fear nor greedy, keep cautiously optimistic.
Salam profit! (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads