"Surplus NPI bersumber dari surplus transaksi modal dan keuangan yang mencapai sekitar US$3,7 miliar, lebih besar dari defisit pada transaksi berjalan yang mencapai sekitar US$1,5 miliar," ujar Kepala Biro Humas BI, Filianingsih Hendarta dalam siaran persnya, Jumat (5/9/2008).
Dengan surplus NPI sebesar US$1,3 miliar, cadangan devisa Indonesia pada akhir triwulan II-2008 mencapai S$59,5 miliar ) atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,5 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Â
Namun jika dibandingkan triwulan II-2007, surplus NPI tersebut turun. Menurut BI, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor total yang tidak setinggi pertumbuhan impor total. Pertumbuhan nilai ekspor total meningkat menjadi 27,6% (y.o.y) dibandingkan 14,6% pada tahun sebelumnya, didukung oleh nilai ekspor migas yang tumbuh tinggi mengikuti pergerakan harga minyak di pasar internasional. Sementara itu, pertumbuhan ekspor nonmigas melambat akibat mulai melemahnya permintaan dunia.
Pertumbuhan nilai impor total meningkat menjadi 51,2% (y.o.y) dibandingkan 14,0% pada tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan impor tersebut didorong oleh kenaikan harga produk impor, baik nonmigas maupun migas, dan kenaikan permintaan domestik (termasuk kenaikan volume konsumsi BBM), serta kenaikan permintaan bahan baku untuk kegiatan produksi dalam negeri yang berbasis ekspor.
Â
Dalam periode yang sama, transaksi modal dan keuangan mengalami peningkatan surplus. Kenaikan arus masuk modal asing terutama terjadi dalam bentuk modal portofolio, diikuti oleh penarikan utang luar negeri swasta dan penanaman modal langsung (PMA).
Hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya kegiatan ekonomi domestik, membaiknya iklim investasi, selisih suku bunga yang menarik, kestabilan makroekonomi yang terjaga, dan membaiknya persepsi investor mengenai daya tahan keuangan negara (APBN) pasca kenaikan harga BBM.
Selain itu, kenaikan surplus tersebut juga disebabkan oleh berkurangnya penempatan aset milik penduduk, baik berupa giro di bank luar negeri maupun surat berharga asing, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan untuk investasi dan impor.
(qom/qom)