Demikian dikemukakan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Bappenas Paskah Suzetta usai rakor bersama beberapa menteri ekonomi di Gedung Departemen Keuangan, Jakarta, Minggu (5/10/2008).
"Dana itu diperlukan sebagai bantalan bila terjadi gejolak pada struktur perekonomian domestik," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dana sebesar US$ 2 miliar itu di luar kebutuhan pembiayaan defisit sebagai standby loan bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan.
Rencananya, pemerintah akan mencari standby loan ke beberapa lembaga keuangan multilateral seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan New JICA. Menurutnya, standby loan sulit diharapkan dari pinjaman bilateral karena saat ini negara-negara di dunia menghadapi kendala pendanaan.
Ia juga mengatakan, dengan melakukan penarikan standby loan tidak otomatis pemerintah akan melepaskan sumber pembiayaan dari penerbitan obligasi negara (Surat Utang Negara/SUN). "Kita masih mencari alternatif pembiayaan dari banyak sumber untuk pembiayaan defisit ini," tuturnya.
Dalam RAPBN 2009, pemerintah memproyeksikan defisit pembiayaan tahun depan mencapai 1,9% dari PDB. Untuk membiayai defisit, pemerintah menargetkan pembiayaan dari pinjaman program US$ 2,6 miliar.
(ang/lih)