Yield Global MTN RI Kemahalan

Yield Global MTN RI Kemahalan

- detikFinance
Jumat, 27 Feb 2009 16:27 WIB
Jakarta - Yield (imbal hasil) dari GMTN (Global Medium Term Notes) yang diterbitkan pemerintah Indonesia dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan obligasi global yang diterbitkan oleh negara emerging market.
 
Hal ini dikatakan oleh Anggota Komisi XI DPR Dradjad Wibowo kepada wartawan di Jakarta, Jumat (27/2/2009).
 
"GMTN itu sangat kemahalan. Sebagai pembanding, Filipina yang (tenor) 10 tahun hanya 8%. Jadi kita harus bayar 275 bps lebih mahal. Untuk yang 5 tahun, Malaysian bond malah hanya 3,3%, sementara Korea 4,6%. Jadi kita "kena" 6-7% lebih mahal," tuturnya.
 
Dua seri GMTN yang diterbitkan pemerintah adalah pertama dengan tenor 5 tahun dengan yield 10,5%, sementara seri kedua dengan tenor 10 tahun dan yield sebesar 11,75%.
 
"Memang Filipina, Malaysia, Korean bonds itu diterbitkan beberapa waktu lalu, jadi tidak bisa langsung dibandingkan. Tapi justru di sini masalahnya, pada saat pasar global sedang bearish seperti saat ini harusnya kita jangan ngotot terbitkan GMTN karena pasti kemahalan," paparnya.
 
Dradjad mengatakan kelebihan permintaan (oversubscribed) GMTN terjadi karena para investor memperoleh premium yang tinggi sekali dari instrumen tersebut.
 
"Wallstreet sedang ambruk, harga properti US terjun bebas, yield dari US t-bills hanya sekitar 3% untuk yang 10 tahun. Lalu ada negara sedang berkembang yang selama ini dikenal patuh membayar utang menawarkan 11.75%. Ya bagi mereka ini rejeki nomplok. Toh uang yang diinvestasikan hanya US$ 7 miliar, angka yang kecil bagi mereka," imbuhnya.
 
Bagi Indonesia selain kemahalan, ada risiko nilai tukar yang harus ditanggung. "Skenario terjelek adalah rupiah menguat saat dolar dari GMTN tersebut masuk ke Indonesia, dan rupiah melemah saat kita harus mulai membayar kuponnya. Jika ini terjadi, ongkos GMTN dalam Rupiah bisa melebihi 12%. Bisa lebih mahal dari sukuk ritel," tambahnya.
 

(dnl/qom)

Hide Ads