Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (02/06/2010).
"Jika nantinya sudah terpilih PR Gubernur BI adalah menyelesaikan soal tender uang kertas Rp 100.000 yang dicetak di Australia," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui BI diterpa kabar tak sedap seputar suap pencetakan uang pecahan Rp 100.000. Pejabat senior dari BI berinisial 'S' dan 'M' dikabarkan menerima suap hingga US$ 1,3 juta atau sekitar Rp 12 miliar untuk memenangkan kontrak pencetakan uang.
Perwakilan perusahaan RBA di Indonesia, Radius Christanto antara tahun 1999 hingga 2006 secara eksplisit disebut mereferensikan nilai suap yang besar ke pejabat BI, seperti tertuang dalam fax ke Securency International and Note Printing Australia atau Peruri Australia pada 1 Juli 1999.
Pramono mengaku, pihaknya baru saja menerima surat dari Presiden RI terkait calon Gubernur BI. "Surat dari Presiden sudah masuk, atas nama calon Darmin Nasution," katanya.
Pramono menilai Darmin cukup memiliki pengalaman. "Darmin orang yang kompeten saya kira dia sangat pantas," tambahnya.
Menurutnya, Darmin harus segera menyampaikan visi dan misinya kepada DPR.
"Walaupun memang Darmin kompeten dan pantas tetapi masih banyak hal yang akan dikiritisi dewan soal BI dalam fit and proper testnya. Jadi secepatnya jika terpilih Darmin segera menyampaikan visi dan misinya," tukasnya.
(dru/ang)











































