Redenominasi Rupiah Antisipasi Penyatuan Mata Uang ASEAN?

Redenominasi Rupiah Antisipasi Penyatuan Mata Uang ASEAN?

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Kamis, 05 Agu 2010 10:02 WIB
Redenominasi Rupiah Antisipasi Penyatuan Mata Uang ASEAN?
Jakarta -

Rencana penyederhanaan nominasi mata uang rupiah atau redenominasi masih terus membuahkan persepsi beragam. Beberapa pihak berpendapat langkah redenominasi tak terlepas dari pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN di 2015 khususnya menyangkut wacana penyatuan mata uang di ASEAN layaknya Uni Eropa (Euro).

"Menurut perkiraan beberapa pihak, redenominasi untuk mengantisipasi disatukannya mata uang ASEAN," kata CEO Kodel Group Fahmi Idris yang juga mantan menteri perindustrian saat berbincang dengan detikFinance, Kamis (5/8/2010)

Menurut Fahmi kemungkinan Gubernur BI saat ini mencoba mengantisipasi  hal itu, dengan mengimbangi penguatan mata uang rupiah dengan negara-negara di regional ASEAN lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi pengusaha saat ini, kata dia, masalah rencana redenominasi ini lebih pada soal ketidakjelasan yang menimbulkan pro dan kontra, pada akhirnya berakibat pada kegalauan kalangan pengusaha.

Ia menyatakan, di internal pemerintah sendiri masih terjadi keterkejutan soal rencana ini termasuk Wapres Boediono. Belum lagi masalah pro kontra yang terjadi di masyarakat.

"Pengusaha bingung, galau, pengusaha ingin stabil dan tenang. Kalau situasi pro kontra itu menakutkan bagi pengusaha," kata Fahmi.

Namun kata Fahmi, soal teknis dari redenominasi, ia meyakini bukan lah sebagai senering atau pemotongan nilai. Bagi pengusaha sepanjang redenominasi tak mempengaruhi nilai maka tak perlu dipersoalkan.

Fahmi menambahkan, dengan kondisi saat ini yang masih terjadi pro dan kontra akan mempengaruhi psikoligis masyarakat. Bagi seorang  pengusahaa kondisi yang belum menentu akan menimbulkan ketidaknyamanan.

"Situasi ini menimbulkan kegalauan. Karena kalau galau membingungkan pengusaha. Prinsipnya pengusaha itu akan wait and see karena pemerintah belum satu suara," katanya.

(hen/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads