GWM Naik, BI Yakin Tak Ada Kekurangan Likuiditas

GWM Naik, BI Yakin Tak Ada Kekurangan Likuiditas

- detikFinance
Selasa, 21 Sep 2010 08:11 WIB
Jakarta - Kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 8% diyakini Bank Indonesia (BI) tidak akan mengakibatkan terjadinya keketatan llikuiditas. Bank Sentral yakin kredit perbankan masih dapat tumbuh hingga 40% meski ada kebijakan itu.

Demikian diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR-RI di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin malam (20/09/2010).

"Jadi tidak akan ada keketatan likuiditas. Kalau ditanyakan berapa kemampuan perbankan kita untuk salurkan kredit dengan adanya kenaikan GWM itu sebenarnya untuk capai kenaikan kredit 35-40% persen pun, likuiditas bank kita masih cukup," ungkap Darmin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Darmin menambahkan, bank sentral melihat ada kelebihan likuiditas besar di pasar. Sehingga menurut Darmin, dalam situasi tekanan inflasi yang sudah muncul, kelebihan likuiditas tersebut bisa berperan untuk mendorong inflasi.

"Karena itu, apa yang diwajibkan BI dengan menaikkan GWM dari 5% ke 8% itu salah satu cara untuk kurangi likuiditas," jelasnya.

Darmin pun menceritakan, pada tahun 2008, BI juga sempat menurunkan GWM sebagai upaya untuk memperbesar likuiditas di pasar karena menghadapi krisis yang terjadi.

"Kemudian pemerintah mendesain sejumlah stimulus, termasuk memindahkan uang dari BI ke 3 bank BUMN, sehingga mengakibatkan terjadinya kelebihan likuiditas di pasar hingga saat ini," tuturnya.

Ia menambahkan, bank sentral juga menerbitkan aturan yang mengkaitkan LDR (Loan To Deposit Ratio) dengan GWM. Menurutnya, LDR perlu didorong naik karena agar kredit bisa terus bertambah.

"Dan memang kita percaya, hal ini bisa dorong kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Jika sekarang kredit sudah tumbuh 22% year on year maka kita optimistis kredit hingga 24% itu akan sampai dan mencukupi. pertumbuhan ekonomi hingga 6% di 2010," imbuhnya.

(dru/qom)

Hide Ads