Ekonom Kepala Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Vikram Nehru mengatakan dengan didorong oleh likuiditas global yang melimpah untuk mendapatkan hasil serta digabungkan dengan pengharapan akan pertumbuhan yang lebih kuat dikawasan, menjadikan arus modal yang melonjak.
"Arus masuk yang lebih besar telah membantu apresiasi nilai tukar, diluar adanya intervensi pasar oleh bank sentral. Arus masuk ini juga telah membantu meningkatkan harga aset," jelas Vikram dalam Update Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Bank Dunia di Gedung BEI, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (19/10/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apabila arus masuk tetap kuat, terutama disandingkan dengan pertumbuhan global yang lemah para bada otoritas akan dihadapkan dengan tantangan dalam menyeimbangkan perlunya arus masuk modal yang besar. Terutama investasi asing dengan memastikan daya sain, stabilitas sektor finansial dan inflasi rendah," papar Vikram.
Vikram mencontohkan, dengan semakin menguatnya pemulihan ekonomi di Asia Timur khususnya Indonesia maka seharusnya upaya-upaya stimulus dikurangi. Defisit fiskal, sambung Vikram masih akan tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis.
"Sementara itu pemerintah perlu menanggapi kesenjangan infrastruktur dan menjaga jaring pengaman sosial untuk melindungi masyarakat miskin, menyediakan perlindungan yang sesuai untuk menghadapi prospek perekonomian negara maju yang lemah," kata Vikram.
Bank Dunia menyebutkan hasil pembangunan telah pulih sampai melampaui tingkat pra-krisis di negara Asia Timur. Di beberapa negara lain telah berkembang hampir sama dengan tingkatan pra-krisis.
Pertumbuhan GDP riil akan mencapai 8,9% di kawasan Asia Timur pada tahun 2010. Atau meningkat dari 7,3% di 2009. Bank Dunia mencermati faktor pendorong pertumbuhan tersebut yakni sektor swasta, rasa percaya diri yang bangkit dan arus perdagangan yang telah kembali ke tingkat pra-krisis.
(dru/ang)











































