Demikian dijelaskan Direktur Utama BBRI Sofyan Basir usai RUPSLB perseroan di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Rabu (23/11/2010).
"Kita masih hitung, mana-mana saja. Belum didapatkan hasil akhirnya. Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah selesai," ungkap Sofyan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau memang usahanya tidak ada, lalu orangnya tidak ada. Gimana? Kita masih terus hitung," tambah corporate Secretary BBRI Muhamad Ali.
Sebelumnya, Sofyan berujar bahwa total kredit dari 12.000 nasabah BRI di Jogja mencapai Rp 400 miliar. Seluruh debitur perseroan didominasi oleh masyarakat yang berprofesi sebagai peternak, perajin dan pedagang. Dengan erupsi yang masih terjadi, perseroan masih membekukan kredit-kredit macet tersebut.
"Kita bekukan dulu sementara, karena kita lebih fokus pada penanggulangan bencana dulu, sampai ada pengumuman resmi dari pemerintah," ungkap Sofyan kepada waktu itu.
Sofyan menyatakan, bagi para debitur yang tertimpa bencana dan mengalami kerugian diharapkan melaporkan kepada pihak BRI. Berdasarkan data di triwulan III-2010, porsi kredit macet alias non performing loan (NPL) Bank BRI tercatat sebesar 1,15%, menyusut dari tingkat NPL tahun lalu 1,26%.
Sementara portofolio kredit BRI per September 2010 mencapai Rp 36,46 triliun atau meningkat dari Rp 192,23 triliun di September 2009 menjadi Rp 228,69 triliun pada September 2010.
(wep/ang)











































