"Jadi uang yang untuk operasi murni hampir semuanya dari pemegang saham, kecuali kita ada utang bank ada Rp 50 miliar dari Bank Victoria, dari total semuanya (kreditur) hanya satu bank hanya itu saja, itu untuk modal kerja," kata Direktur Utama Mandala Diono Nurjadin kepada detikFinance, Rabu (2/2/2011).
Diono menjelaskan total hutang yang berhasil dicatat Mandala adalah kurang lebih Rp 800 miliar, yang tersebar dari lebih kurang 370 kreditur salah satunya Bank Victoria dalam bentuk pinjaman modal kerja. Namun katanya, angka itu bisa berubah sesuai dengan hasil verifikasi oleh administrator di PKPU atas semua klaim kreditur yang bisa diketahui setelah tanggal 11 Februari 2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan para kreditur Mandala saat ini selain perbankan antaralain penyewa pesawat (lessor), supplier, bengkel pesawat, supplier penjual jasa ke Mandala, pendukung operasi Mandala dan lain-lain.
"(Beban utang dari) Lessor dan supplier, bengkel pesawat lebih dari 50%," imbuhnya.
Diakuinya dari sekian kreditur lainnya, perbankan lah yang relatif cukup ketat dalam 'menekan' pengembalian utang. Hal ini tak mengherankan karena perbankan diatur dalam rambu-rambu Bank Sentral dalam hal ini Bank Indonesia, terutama mengenai menekan kredit macet.
"Ya, karenakan perbankan ketat sekali diperbankan banyak peraturan, umpanya di Indonesia ada BI. Tapi kalau inikan supplier, yang lebih hubungan bisnis, yang barang kali tak mengikuti peraturan asal dia percaya, dari kondisi kami," jelasnya.
(hen/qom)