Demikian diungkapkan oleh Ekonom dan Pengamat Perbankan Drajad Wibowo kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (26/4/2011).
"Kolusi jangan jadi alasan BI setiap ada pembobolan. Nanti setiap saat oknum bisa membobol bank di RI dengan mudahnya," ujar Drajad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini menambahkan, kasus yang terjadi di Citibank tergolong biasa dan primitif seperti halnya di kasus Elnusa. "Kalau kasus sesederhana ini saja jebol, itu seperti tidak ada kontrol internal. Kalau membobolnya canggih, misalkan pakai produk-produk terintegrasi, mungkin masih bisa dimaafkan. Malingnya canggih. Tapi kasus ini sangat simpel modusnya," ungkapnya.
Terkait terjadinya hal tersebut Drajad mengatakan, baik Citibank dan Bank Mega juga harus dikasih sanksi tegas. BI jangan sungkan karena ada nama Chairul Tanjung yang juga Ketua Komite Eknomi Nasional (KEN).
"Justru sebagai Ketua KEN, Chairul Tanjung wajib memberi contoh bahwa banknya sudah dikelola dengan benar. Masak Rp 111 miliar duit perusahaan cukup dikenal seperti Elnusa bisa ditransfer seperti itu?," kata Drajad.
Seperti diketahui, manajemen Elnusa mengaku kebobolan hingga Rp 111 miliar, yang diduga ada keterlibatan oknum Bank Mega. Pembobolan dana dilakukan oleh Direktur Keuangan Elnusa yang telah dipecat, Santun Nainggolan melalui pencairan deposito on call.
Namun, Mantan Kepala Cabang Bank Mega Jababeka Itman Harry Basuki menolak disalahkan terkait bobolnya uang milik PT Elnusa Rp 111 miliar. Itman mengaku pencairan uang dilakukan sesuai prosedur.
Berbagai kasus pembobolan dana nasabah memang akhir-akhir ini marak. Yang sempat menghebohkan beberapa waktu lalu adalah pembobolan dana nasabah Citibank oleh mantan Relationship Managernya, Malinda Dee.
(dru/ang)











































