BI: Produk Perbankan Harus Lebih Transparan

BI: Produk Perbankan Harus Lebih Transparan

Herdaru Purnomo - detikFinance
Jumat, 20 Mei 2011 14:33 WIB
BI: Produk Perbankan Harus Lebih Transparan
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mendesak industri perbankan mengedepankan transparansi produk-produknya kepada nasabah termasuk yang berhubungan dengan pasar modal terkait ramainya pembobolan belakangan. Bank sentral sendiri menggelar kampanye produk bagi masyarakat, sehingga nasabah dapat mengetahui risiko dari tiap produk yang diminatinya.

"Kita akan ajak perbankan untuk mensosialisasikan produk-produk mereka kepada masyarakat. Jadi bersama-sama, karena yang tahu produknya perbankan," ujar Plt Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah saat ditemui wartawan di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (20/5/2011).

Hal tersebut berkaitan dengan semakin banyaknya produk di luar produk perbankan yang ditawarkan perusahaan Manajemen Investasi (MI) melalui perbankan. Seperti produk-produk pasar modal dan asuransi, lewat bisnis wealth management perbankan yang belakangan justru ramai karena pembobolan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau simpanan berupa giro, tabungan dan deposito itu kan underlying-nya jelas. Nah di luar produk-produk itu, nasabah harus cermat tanya risiko dan penjaminannya seperti apa. Nah ini kan ada produk-produk di luar bank seperti asuransi dan pasar modal," kata Difi.

Menurut Difi, BI akan berdiskusi dengan industri perbankan untuk menjalankan program tersebut dalam waktu dekat. Karena tidak semua nasabah tahu tingkat risiko masing-masing produk yang ditawarkan bank.

"Nah jadi kita akan kampanyekan ini dengan perbankan. Agar masyarakat tahu mana produk yang risikomya rendah dan tinggi. Kan itu juga wajib bagi bank untuk menginformasikan produk-produknya kepada masyarakat. Itu wajib, BI akan terus ingatkan bank," ungkap Difi.

Saat ini, terkait dengan bisnis wealth management, selain sedang menyiapkan Peraturan Bank Indonesia (PBI), BI juga telah menghentikan pertumbuhan bisnisnya untuk sementara selama sebulan agar tiap-tiap bank dapat memperbaiki SOP dan internal kontrolnya.

"Nah, itu kita lihat betul-betul kontrak bank dengan MI itu di bisnis wealth management. Jangan sampai ada garansi, karena produk-produk itu kan tidak dijamin oleh bank," pungkas Difi.

(dru/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads