"Kita harus sepakat dulu. Fungsi asuransi adalah risk manager, bukan fund manager. Kalau itu ada perusahaan tersendiri. Kita lihat fungsi risiko saat bencana yang terjadi 10 tahun belakang, tidak ada manfaat," kata pengamat asuransi Munir Sjamsoeddin di Jakarta, Rabu (6/7/2011) malam.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Hendrisman Rahim menambahkan, fungsi proteksi belum menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Ini ditunjukkan dengan penetrasi produk unit link yang lebih tinggi dibanding produk konvensional atau murni terproteksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia percaya, seiring berjalannya waktu masyarakat mulai menyadari pentingnya proteksi dan akan kembali ke produk konvensional. "Saat ini itulah yang terjadi, dan seiring waktu, dan akan kembali ke produk proteksi," ucapnya.
Munir Sjamsoeddin mencatat, industri asuransi telah bertumbuh sangat baik. Dari raihan premi secara nasional di 2009 mengalami pertumbuhan 79%.
Namun setelah penelahaan data lebih rinci, ternyata produk asuransi jiwa kombinasi (unit link) tumbuh melebihi produk konvensional. "Dalam 10 tahun terakhir unit link tumbuh 10.000%. Sementara asuransi konvensional hanya tumbuh 380%. Apa yang terjadi? Ada perubahan arah, bukan risk protection, tapi jaminan ekonomi dan dana pendukung," papar Munir.
Sementara itu, AAJI menilai persaingan perusahaan lokal dengan join venture menjadi hal yang lumrah. Yang penting adalah menjaga profesionalisme dan terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
"Kita sudah terbiasa dengan, selama kita terjaga dalam lapangan yang sama," imbuhnya.
(wep/ang)











































