Demikian diungkapkan oleh Direktur Direktorat Perbankan Syariah Mulia Siregar ketika ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (8/7/2011).
"Jadi memang ada 4 pemegang saham kan di Bank Muamalat, yakni Boubyan Bank, Saudi Company, IDB dan publik lain. Nah, diantaranya direncanakan akan ada perubahan," ungkap Mulya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan membatasi ekspansinya hanya dikawasan gulf (timur tengah) saja. Semua investasi yang ada di luar gulf akan ditarik termasuk di bank Muamalat yang ada di Indonesia," jelasnya.
Mulya mengatakan, Boubyan Bank menguasai 24,9% saham bank Muamalat yang direncanakan akan dilepas tersebut.
Kemudian, untuk Saudi Company memang sudah selama 7 tahun memegang saham Bank Muamalat. Mulya mengatakan Saudi Company ini berencana akan melepas karena memang sudah waktunya.
"Mereka sudah selama 7 tahun, mungkin sudah waktunya menjual," kata Mulya. Saudi Company ini juga akan melepas 24,9% sahamnya.
Khusus untuk IDB, dijelaskan Mulya dengan adanya ketentuan baru pihak IDB dimana ekspansi di perusahaan diluar negeri harus dibatasi maka pihaknya terpaksa melepas saham bank Muamalat juga.
"IDB mempunyai ketentuan baru dimana kalau mereka menguasai bank tidak lebih dari 20%, kan sekarang di Muamalat sekitar 32% jadi sisanya dilepas, dia ingin turun ke bawah sampai 20%," kata Mulya.
"IDB memang begitu, dia datang ke Muamalat waktu krisis 1998 membantu bank Muamalat. Dan sekarang sudah jadi karakter dia, dia bantu, setelah recovery dia lepas," imbuh Mulya.
Lebih jauh Mulya mengatakan saat ini belum ada investor yang sepakat untuk membeli saham-saham tersebut.
Sebelumnya dikabarkan Standard Chartered Bank, Bank Permata bahkan Chairul Tanjung pun sepertinya berminat untuk membeli bank tersebut. "Berminat sih mungkin, tapi belum ada yang deal kok," tukasnya.
Mulya menambahkan, bagi BI, siapapun yang akan membeli sudah seharusnya mempunyai prospek long term commitmen terhadap bank muamalat.
"Jangan dia membeli sebentar dan kemudian setahun menjual lagi. Yang kedua, bagi BI jangan ubah visi dan misi yang sudah dilakukan oleh bank Muamalat Indonesia itu yang kita minta kepada calon pemegang saham," jelasnya.
"Khusus untuk Standard Chartered bank pihaknya tidak mempersoalkan apakah Standard Chartered itu non Islami, itu enggak. Kan mereka punya sadiq, mereka punya orang-orang terbaik. Apakah itu masalah, kita melihat persoalan itu secara proporsional, jadi bagi kita siapapun long term dan tidak ubah visi misi," imbuhnya.
(dru/ang)