3 Lembaga Pemeringkat Masih Memberi 'Nada Positif' untuk RI

3 Lembaga Pemeringkat Masih Memberi 'Nada Positif' untuk RI

- detikFinance
Selasa, 27 Sep 2011 10:40 WIB
3 Lembaga Pemeringkat Masih Memberi Nada Positif untuk RI
Jakarta - Pasar finansial Indonesia tak luput dari gejolak pasar global, bahkan sempat mengalami kejatuhan yang dalam pada akhir pekan lalu. Namun kejatuhan pasar finansial Indonesia tersebut dinilai bukan karena masalah fundamental, sehingga Indonesia masih mendapat pandangan positif.

Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, berdasarkan pertemuannya dengan dewan dari 3 lembaga pemeringkat yakni Fitch Ratings, Moody's dan Standard & Poor's, semuanya masih memberikan 'nada positif' untuk Indonesia.

"Saya bertemu dengan beberapa pelaku pasar SUN (Surat Utang Negara) dan bertemu dengan board dari 3 lembaga pemeringkat (Fitch, Moody's, S&P). Mereka masih mempunyai 'positive tone' terhadap Indonesia. Tidak ada yang fundamental, hanya dinamika pasar," ujar Rahmat kepada detikFinance, Selasa (27/9/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga meyakini, pasar SUN Indonesia masih aman meski terlihat adanya sell-off dalam beberapa hari terakhir. Namun menurut Rahmat, pasar surat utang sudah mulai pulih, dan beberapa SUN seri benchmark sudah mengalami kenaikan harga atau terjadi penurunan yield.

"Artinya, sebagian investor melakukan portofolio rebalancing," imbuhnya.

Rahmat menjelaskan, faktor yang memicu sentimen pasar saat ini ada 2 yakni likuiditas pasar dan nilai tukar rupiah. Ia menjelaskan, operasi pasar yang dilakukan Bank Indonesia dan kementerian keuangan sudah membantu masalah likuiditas. Sementara nilai tukar rupiah juga bisa terjaga berkat cadangan devisa Indonesia yang cukup besar.

Ia meyakini investor asing akan menghitung ulang untuk pelepasan SUN dalam jumlah besar karena volatilitas pasar tidak akan berlangsung selamanya.

"Asing akan berhitung untuk melepas SUN dalam jumlah besar karena menyadari volatilitas akan berakhir suatu saat dan akan sulit mendapatkan kembali SUN," tambahnya.

Sebelumnya, ketika terjadi kejatuhan pasar saham pada Kamis, 22 September lalu, pasar finansial Indonesia cukup bergejolak. IHSG sempat terpuruk hingga 8%, sementara harga Surat Utang Negara (SUN) terkoreksi 200 basis poin (bps) dan kepemilikan asing turun sekitar 2%.
(qom/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads