"Cadangan devisa kita, kalau pun ada dana keluar, ada US$ 120 miliar. Jumlah itu 2 kali tahun dibandingkan tahun 2008 atau 6 kali dibandingkan tahun 1997," kata Boediono saat membuka Kongres IKA-ITS Tahun 2011 di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (6/10/2011).
"Jadi amunisi kita cukup kuat. Saya bisa katakan dalam suasana yang tenang kita bisa melawan krisis ini dengan baik," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, hal terpenting dari sukses melawan krisis ekonomi 2008 itu, lanjut Boediono, adalah respons pemerintah yang cepat dan tegas. Ditunjang kondisi perbankan yang juga dalam kondisi lumayan baik, krisis itu dapat diredam sebelum merusak perekonomian Indonesia.
Boediono mengatakan, respons kurang cepatlah yang membuat Indonesia terjerembab dalam kondisi tidak menentu pada tahun 1997-1998. Saat itu, produksi nasional turun menjadi 14%, harga-harga naik, dan PHK di mana-mana. Tidak cuma itu, krisis membawa ketidakpastian dalam bidang sosial-politik.
Namun, pemerintah rupanya membiarkan begitu saja bara krisis yang sudah muncul di Indonesia. Pemerintah dengan cadangan ekonomi hanya US$ 19 miliar tidak berusaha meredam benih krisis yang bermula dari negara di luar Indonesia tersebut.
"Ini pelajaran yang perlu kita catat. Waktu itu kita biarkan bara yang mula-mula tidak terlalu besar dan sebenarnya bisa kita padamkan sejak awal. Dalam krisis, itulah kesalahan utama kita atau siapa pun," tegas Boediono.
(irw/dnl)