"Dalam empat bulan terakhir jumlahnya terus meningkat. Ini sangat memprihatinkan. Dalam sebulan rata-rata saat ini kita temukan 500 lembar uang palsu yang disetorkan dari bank umum ke BI," kata Kasir Muda Senior Bank Indonesia, Susilo Wiyono Hadi yang menangani pengelolaan uang masuk di Bank Indonesia, dalam perbincangan dengan peserta Orientasi Wartawan Ekonomi dan Bisnis dari NTB di kantornya, Mataram, Rabu (9/11/2011).
Meski tidak tiap hari, Susilo mengatakan kadang mereka menemukan 30 lembar uang palsu yang terselip di antara lembaran uang yang hendak disortir di ruang bawah tanah BI. Di ruang dengan penjagaan ekstra ketat itu, uang yang diterima dari bank umum yang masih layak edar dipisahkan dengan uang lusuh. Uang lusuh lalu dihancurkan. Dalam sehari, dua unit mesin milik BI menghancurkan 600 ribu lembar atau setara 600 brood (1 kemasan plastik transparan = 10 brood).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita langsung tahu bank mana yang di dalamnya menyetorkan uang palsu ke BI. Jika kita temukan, maka nominal setoran bank itu dikurangi dengan jumlah uang palsu yang ditemukan," kata Susilo.
Secara terpisah, Kepala Biro Kebijakan Pengedaran Uang Bank Indonesia, Eko Yulianto mengatakan, peredaran uang palsu di Indonesia belum masuk tahap mengkhawatirkan. Ia mengatakan, saat ini dalam satu juta lembar uang, rata-rata hanya ditemukan tujuh lembar uang palsu.
Dibanding dengan beberapa negara lain di dunia, peredaran uang palsu di Indonesia masih terbilang sedikit. Di Amerika Serikat kata Eko, ditemukan 199 lembar per satu juta lembar, di Inggris sebanyak 299 lembar dari satu juta lembar dan secara kewilayahan di Eropa ditemukan 55 lembar per satu juta lembar uang kertas.
Kendati belum mengkhawatirkan, BI saat ini kata Eko tengah menginisiasi kurikulum pendidikan kebanksentralan di sekolah-sekolah. Saat ini ujicoba sudah dimulai di Sukabumi, Jawa Barat.
Selain mengenalkan siswa sekolah pada uang palsu dan uang asli, materi kurikulum menyangkut moneter, dan juga ajakan menabung ke bank. Pengetahuan terhadap kurikulum itu lalu akan diuji dalam ujian akhir semester mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMK sederajat.
Rencananya, tahun ajaran 2012, kurikulum kebansentralan ini akan mulai diterapkan di lima provinsi diantaranya di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Kalimantan Selatan.
Temuan BI, saat ini uang palsu paling banyak beredar di Jawa Barat, Jawa Timur, Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Lampung.
(dnl/dnl)