Bagi para pedagang pasar di Indonesia, penggunaan mata uang Kina dalam transaksi perdagangan di wilayah perbatasan kedua negara menguntungkan mereka dan sudah menjadi hal biasa. Setidaknya mereka bisa mendapatkan keuntungan dari selisih kurs jual dan beli dari mata uang Kina terhadap rupiah.
Seperti diketahui, banyak warga PNG yang berbelanja kebutuhan pokok mereka di pasar perbatasan wilayah Indonesia, di Skouw, Muara Tami, Jayapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aris yang merupakan warga Sentani ini menambahkan hampir semua pedagang di kios-kios Pasar Loncing, Muara Tami menerima pembayaran uang Kina, PNG. Namun tak selamanya memegang uang Kina mendapatkan keuntungan selisih kurs.
"Nggak enaknya pas Kina turun kita tekor. Kita semunya di sini menerima kina," kata Aris.
Sementara itu, Muhamad Akib anggota Polsek Muara Tami mengatakan saat ini nilai tukar Kina terhadap rupiah mencapai Rp 4.500 untuk kurs beli, sedangkan untuk kurs jual Rp 4.350. Ia menuturkan bahkan pada Juni 2012 lalu, mata uang Kina menguat terhadap rupiah hingga Rp 5.100.
"Waktu itu Kina menguat sampai bertahan sampai dua bulan. Jadi pedagang Indonesia lebih pakai Kina," katanya.
Akib menuturkan warga PNG yang belanja di wilayah perbatasan Indonesia sudah menjadi kegiatan yang rutin. Mereka umumnya lebih memilih berbelanja Indonesia karena berbagai pertimbangan praktis.
"Mereka juga ada pasar di Kota Panimo, Provinsi Sandaun, tapi mereka pilih belanja di Indonesia karena lebih murah," kata pria asli Makassar ini.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jayapura, Papua Hasiholan Siahaan mengakui memang mata uang Kina PNG masih dipakai di wilayah perbatasan Indonesia. Meskipun dalam ketentuan UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, mengamanatkan bahwa semua transaksi di seluruh wilayah Indonesia wajib menggunakan rupiah.
Menurut Hasiholan, pihaknya akan menggunakan pendekatan sosial daripada formal, untuk merespons persoalan di wilayah perbatasan Indonesia-PNG. Artinya masyarakat didorong secara alami untuk menggunakan mata uang rupiah, dengan menyuplai pasokan rupiah dan menjaga sirkulasi kelayakan kondisi uang rupiah di wilayah perbatasan RI-PNG. Hal ini secara perlahan akan mendorong masyarakat di wilayah perbatasan akan menggunakan rupiah dalam bertransaksi.
"Jadi kita pakai pendekatan sosial bukan formal," katanya.
(hen/ang)