Pabrik milik BUMN itu mampu mencetak uang kertas hingga 7 miliar bilyet (satuan uang) per tahun. Setidaknya, pada tahun 2013 sebanyak 6,2 miliar bilyet uang diproduksi untuk memenuhi pesanan Bank Indonesia (BI).
“Rata-rata bisa mencapai dalam satu bulan dalam tahunan 7 miliar bilyet. Ini adalah kapasitas produksi yang dimiliki Peruri,” ucap Direktur Utama Peruri Prasetio kepada detikFinance di Pabrik Peruri, Karawang Jawa Barat, Rabu (29/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ekspansi internasional, selain Nepal (uang) dan Srilanka (paspor). Kita menjajaki Bangladesh,” tambahnya.
Kepala Departemen Uang Kertas Peruri Nur Eko Djoko menjelaskan, setidaknya Peruri memperoleh 100 juta bilyet uang kertas pesanan dari Bank Sentral Nepal di 2013. Pesanan ini, diperoleh melalui tender
internasional.
“Kita produksi rupee sekitar 100 juta bilyet,” ujarnya.
Untuk uang logam, proporsi produksinya relatif lebih sedikit dibandingkan uang kertas. Hal ini disebabkan uang logam di Indonesia hanya digunakan untuk alat tukar bukan pembayaran seperti di luar negeri.
Di tempat yang sama, Kepala Departemen Cetak Uang Logam dan Logam Non Uang Peruri Purwanto menuturkan, pihaknya per tahun mampu memproduksi hingga 1,9 miliar keping uang logam. Ia menambahkan, Peruri juga menerima pesanan pembuatan logam non uang seperti medali dan emas batangan.
“Kita memproduksi koin dinar, dirham, emas pegadaian (bulian), medali penghargaan, medali militer, medali sea games,” ujar Purwanto.
Saat ini, porsi uang kertas dan logam masih tinggi, sekitar 65% dari total produksi semua produk Peruri. Sisanya, sekitar 35% digunakan memproduksi produk securiti non uang seperti paspor, e-money, materai, tinta securiti dan sertifikat tanah.
(feb/ang)