Melihat Kembali Uang 'Gunting Sjafruddin' yang Melegenda

Mengenal Sejarah Uang dan Bank

Melihat Kembali Uang 'Gunting Sjafruddin' yang Melegenda

- detikFinance
Rabu, 27 Nov 2013 11:40 WIB
Jakarta - Indonesia pernah merasakan krisis parah akibat inflasi yang meroket pada tahun 1950. Gubernur Bank Indonesia (BI) pertama Sjafruddin Prawiranegara melakukan kebijakan yang melegenda hingga saat ini.

'Gunting Sjafruddin' jadi salah satu sejarah dalam perekonomian Indonesia. Kebijakan ekonomi yang dijalankan Sjafruddin tersebut. Di tengah situasi ekonomi dengan inflasi tinggi akibat banyaknya uang beredar, kebijakan Sjafruddin dinilai cukup berani.

Saat berkunjung ke Museum BI, Rabu (27/11/2013), detikFinance melihat rekam jejak sejarah 'Gunting Sjafruddin' masih tersusun rapih dalam sebuah dokumentasi dengan bukti uang asli yang digunting tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gunting Sjafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan Syafruddin pada 10 Maret 1950.

Menurut kebijakan itu, 'uang merah' (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9 Agustus 1950 pukul 18.00 WIB.

Mulai 22 Maret sampai 16 April 1950, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut, maka bagian kiri itu tidak berlaku lagi.

Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar empat puluh tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. 'Gunting Sjafruddin' itu juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia)

Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung.

Lewat kebijakan yang kontroversial itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran antara lain penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar.

"Gunting Sjafruddin. Banyak sekali cerita di balik itu. Baik setuju atau tidak. Saya sebagai ekonom, merasakan situasi saat itu memerlukan gunting, jumlah uang beredar begitu banyak, harga meningkat, uang beredar macam-macam bukan suatu sistem yang normal bisa berjalan kehidupan sehari-hari," ungkap Wakil Presiden Boediono ketika Mengenang Satu Abad Sjafruddin Prawiranegara di Gedung BI beberapa waktu lalu.

(dru/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads