Rugi Miliaran, Investor Ini Tetap Percaya Bitcoin

Kontroversi Lanjutan Bitcoin (4)

Rugi Miliaran, Investor Ini Tetap Percaya Bitcoin

- detikFinance
Senin, 10 Mar 2014 16:10 WIB
Rugi Miliaran, Investor Ini Tetap Percaya Bitcoin
Jakarta -

Rugi dalam jumlah besar tak pernah mudah. Begitu pun bagi Ken Shishido. Tapi selaku evangelist Bitcoin, kehilangan Bitcoin dalam jumlah besar tak membuatnya putus asa. Dia mengaku sudah siap melupakan kerugiannya ketika Mt. Gox, perusahaan penukaran Bitcoin itu, bangkrut pada akhir Februari lalu.

Shishido bilang, kehilangan itu adalah harga yang harus dibayar dalam merevolusi sistem keuangan global. Dia mengambil analogi kecelakaan lalu lintas pada saat pertama kali mobil ditemukan. “Tapi kita tak melarang mobil, bukan?” katanya.

Shishido, yang menetap di Tokyo, adalah satu dari sekitar 1.000 investor Mt. Gox. Dia kehilangan sepersepuluh dari investasi Bitcoin-nya di perusahaan itu. Dia sudah tak mengharapkan investasi yang hilang kembali. Di sisi lain, dia bilang, nilai investasinya di Bitcoin selama ini sudah naik 10 kali lipat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Investor lain yang tak kapok adalah Roger Ver. Dia bilang Mt. Gox hanyalah satu perusahaan yang memakai Bitcoin. Teknologi Bitcoin sendiri, kata dia, adalah luar biasa. “Meskipun penyedia jasa e-mail bermasalah, itu tidak berarti bahwa orang-orang berhenti memakai e-mail, bukan? Begitu juga dengan Bitcoin,” kata Roger Ver.

Nilai Bitcoin mulai melonjak pada April 2013 ketika krisis ekonomi membelit pemerintahan Siprus. Pada akhir 2013 Bitcoin makin dikenal dan makin diterima luas. Sejumlah orang terkenal pun berinvestasi di dalamnya, seperti si kembar Cameron dan Tyler Winklevoss dari Facebook.
 
Popularitas Bitcoin lalu berada di jalur menanjak. Investasi terhadap mata uang ini sedang banjir, meski ada berita miring, yakni bangkrutnya dua perusahaan penukaran Bitcoin, serta tewasnya CEO perusahaan penukaran Bitcoin di Singapura.

Pasar global untuk Bitcoin diperkirakan telah mencapai US$ 7 miliar. Daftar merchant yang menerima Bitcoin semakin panjang. Sejumlah kota di berbagai negara saat ini sudah memiliki automated teller machine (ATM) untuk mempermudah penukaran Bitcoin.
 
Di Jepang sendiri, pada pekan lalu, mulai dibahas regulasi soal Bitcoin. Kalau itu selesai, pemerintah Jepang menjadi yang pertama di dunia yang menetapkan regulasi khusus Bitcoin.
 
Pemerintah Jepang pun mencoba menerapkan pajak terhadap transaksi Bitcoin. Meski tak jelas bagaimana hal itu akan dilakukan karena transaksi Bitcoin kebanyakan terjadi secara anonim.
 
Sejumlah negara lain mencoba mengikuti jejak Jepang. Singapura malah lebih jauh, negeri ini sudah menarik pajak dari transaksi Bitcoin dan memakainya untuk membiayai pelayanan masyarakat. Singapura menerima Bitcoin sebagai komoditas, bukan alat pembayaran.

Tapi, di sisi lain, ada juga sejumlah negara yang melarang transaksi dengan Bitcoin. Rusia misalnya, mendeklarasikan bahwa transaksi Bitcoin adalah ilegal. Pemerintah China juga melarang perbankan menangani perdagangan Bitcoin.

Di Indonesia lain lagi. Bank Indonesia beberapa waktu lalu sudah menyatakan bahwa Bitcoin bukanlah mata uang dan alat pembayaran. “Tapi Bitcoin bisa dipakai sebagai alat tukar seperti emas atau pulsa,” kata Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia, kepada detikFinance, hari ini.



(DES/DES)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads