"Kegiatan cluster bibit dan pangan ini juga merupakan keinginan BI untuk bisa berpartisipasi dalam sektor riil. Sebenarnya berhubungan dengan tugas BI untuk mengendalikan inflasi," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara.
Hal itu disampaikan Mirza dalam penyerahan Pabrik Pakan Ayam Mini di Kecamatan Kastela, Ternate, Jumat (14/3/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu katanya orang mau masuk kantor BI kok angker. Itu mungkin tempatnya uang. BI memang mengedarkan uang. Tapi ada juga yang beranggapan BI itu seperti Mandiri, BCA, Danamon. Bukan, BI itu bank-nya bank," imbuhnya.
Berkait tugas BI menjaga inflasi, berhubungan dengan tidak seimbangnya permintaan dan suplai. Suplai menurun karena ada kekosongan produksi. Efeknya, harga meningkat alias inflasi.
"Tapi BI tidak punya pabrik, tidak bisa produksi bawang, daging, pakaian. Nah, bagaimana caranya?" jelas Mirza.
Di negara maju, hal-hal seperti produksi sudah beres di tangan sektor ritel. Pabrik, infrastruktur, pelabuhan dan sebagainya sudah bagus. Sehingga, bank sentral di negara maju hanya mengurus peningkatakan dan penurunan suku bunga.
"Di Indonesia, tidak bisa murni kebijakan moneter seperti itu. Banyak hal di Indonesia inflasi disebabkan faktor produksi, dan banyak komponen inflasi didominasi bahan pangan," jelas Mirza.
Harga beras, cabe, daging naik saja sudah menyebabkan inflasi. Nah, masalah inflasi karena berakar dari masalah produksi ini harus dikendalikan. Jangka pendek, memang solusinya impor.
"Kalau tidak masyarakat gajinya tetap, tapi beli bahan pangan lebih mahal. Yang miskin makin miskin," jelas dia.
Ke depan, impor tak bisa dijadikan solusi jangka panjang karena itu akan menggerus devisa. Maka, swasembada pangan harus menjadi pilihan.
"Sehingga upaya peningkatan produksi penting sekali. Karena itu, BI ingin berperan bersama stakeholder lain untuk meningkatkan produksi," imbuhnya.
Telur dan ayam, salah satu faktor inflasi yang cukup dominan di Provinsi Maluku Utara. Namun, BI bukan ahli untuk memproduksi telur dan ayam.
"Karena itu BI menggandeng Kementan dan BPTP yang lebih ahli dalam pertanian. Kita sediakan pabrik mini pakan ternak," tutur dia.
BI menyumbangkan paket mesin pakan yang terdiri dari 2 alat penggiling pakan ternak, 1 mesin pencampur pakan, dan 1 mesin oven pada Kelompok Peternak Makududara, Kecamatan Kastela, Ternate.
Sedangkan menurut Ketua Peternak Makududara, Imumar, pabrik ini mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak dari 10 peternak anggotanya yang memiliki 23 kandang ayam negeri.
Bahan baku berupa jagung dari pabrik pakan ternak bisa habis 1 ton per hari dengan output 1 ton pula. Modal pembelian bahan baku juga dari patungan para anggota.
Hasilnya, dijual pada anggota peternak Rp 360 ribu per karung seberat 50 kg. "Bila lebih dijual ke luar anggota kelompok peternakan," jelas Imumar.
Kelompok peternaknya kini baru menernakkan ayam negeri dan mulai menernakkan ayam kampung. Harga jual ayam negeri hidup Rp 30 ribu per ekor dengan sasaran pasarnya adalah Kota Ternate.
"Kami nanti juga akan menernakkan ayam petelur," kata dia yang juga mendapat bantuan alat penetas telur ini.
(nwk/dru)











































